Studi Korelasional Antara Lingkungan Pembelajaran Di Kelas Dengan Sikap Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Berbasis Teknologi Informasi
(Studi Kasus Pada STMIK Indonesia Jakarta)
Handoyo Soemantri
Abstract
The purpose of this study was to explore cause-effect relationship between different factors of classroom learning environment and students’ outcomes at campus of higher education. Data were collected from undergraduate level students of The Indonesia School of Information Technology (STMIK Indonesia), Jakarta. The researchers obtain the response of 93 students for the study. The validity analysis conducted to analyze the overall attributes assessment, and analyse to yield 14 attributes omit from the analysis so that 56 attributes remained. The reliability analysis produces a Cronbach Alpha coefficient is 0.930, which is very satisfactory. A Principal Component Analysis (PCA), using varimax rotation, was carried out on the total samples. It yielded five factors of the students’ perceptions of classroom learning environment, which account for 49.767 % of the variation in the data, We have labelled the five factors as : ‘Participation’, ‘Cooperation and Individualisation’, Task Orientation’, ‘Relationship’, and ‘Attention’. Stepwise regression analyses showed the extent to which the Participation and Task Orientation factors of the classroom learning environment scale predicted the students’ attitudes to subject based on information technology.
Tujuan Studi
Tujuan dari studi ini menyelidiki hubungan dan pengaruh antara beberapa faktor yang mendasari persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas (Personalisation, Innovation, Task Orientation, Student Cooperation, Individualisation, dan Equity) dengan sikap mahasiswa terhadap mata kuliah berbasis teknologi informasi pada STMIK Indonesia Jakarta.
Prosedur Dan Metodologi
Sampel yang terdiri dari mahasiswa program studi Sistem Informasi dan Sistem Komputer diambil dari hampir 400 mahasiswa STMIK Indonesia Jakarta. Kuisener yang terdiri dari 56 item pertanyaan diedarkan kepada para mahasiswa setelah mereka mengikuti perkuliahan semester ganjil 2007/2008 pada bulan Januari 2008, dan sebanyak 93 orang meresponnya. Instrumen Penelitian Instrumen atau skala yang pertama adalah kuisener College and University Classroom Environment Inventory disingkat CUCEI dirujuk dari Fraser, Treagust, Williamson, & Tobin (1987) untuk mengukur persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas. Skala CUCEI terdiri dari 48 item dan tujuh sub-skala, yakni : Personalisation (pemberian peluang kepada para mahasiswa untuk dapat berhubungan dengan dosen), Innovation (sejauh mana para dosen merencanakan kegiatan pengajaran, penilaian, sumber belajar dan pendekatan cara mengajar), Student Cohesion (sejauh mana para mahasiswa bersahabat, saling memahami, saling menolong dan memberikan dorongan satu sama lain), Task Orientation (sejauh mana kegiatan kelas diorganisir dengan baik, para mahasiswa memandang semua kegiatan pembelajaran penting, seperti menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan Dosen dan tetap berfokus pada perkuliahan), Cooperation (sejauh mana para mahasiswa bekerja sama dan bukannya bersaing satu sama lain dalam tugas-tugas yang diberikan pada suatu mata kuliah), Individualisation (sejauh mana para mahasiswa diijinkan untuk membuat keputusannya sendiri dan diperlakukan dengan cara yang berbeda berdasarkan kemampuan, minat mereka), dan Equity (sejauh mana para mahasiswa diperlakukan setara, atau sederajad oleh Dosen dalam proses pembelajaran). Instrumen yang kedua dan adalah Sikap Mahasiswa Terhadap Mata kuliah Berbasis Teknologi Informasi terdiri dari 8 item dirujuk dari Fraser (1981).
Hasil PenelitianValiditas dan Reliabilitas SkalaValiditas skala yang terdiri dari 56 item pertanyaan dipenuhi dengan mengeluarkan sebanyak 14 item dengan menentukan korelasi yang signifikan antara semua item dan jumlah total, dengan rincian : 12 item dari 48 item skala CUCEI, dan 2 item dari 29 item skala SPAQ, 2 item dari 8 item skala Sikap Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Berbasis Teknologi Informasi. Reliabilitas dari seluruh 42 item yang tersisa dengan Cronbach α = 0.930, 36 item yang tersisa dari skala Lingkungan Pembelajaran di Kelas dengan = 0.881, dan 6 item yang tersisa dari skala Sikap Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Berbasis Teknologi informasi dengan α = 0.828. Dengan merujuk dari apa yang direkomendasikan oleh Nunnally (1978), bahwa jika α > 0.7 maka skala-skala di atas terjamin reliabilitasnya.
Analisis Faktor
Analisis faktor yang dilakukan terhadap 36 item skala Lingkungan Pembelajaran di Kelas, menunjukkan bahwa determinan matriks korelasi = 4.54E-013 (≠ 0), uji Bartlett’s dengan statistik Chi-square sebesar 1425.780, df 630 dengan tingkat signifikan sebesar 0.000 (< 0.01)dan nilai statistik KMO sebesar 0.485 hampir mendekati 0.5 (lihat Supranto, 2004). Sehingga analisis faktor dianggap sebagai teknik yang tepat untuk mereduksi data atau meringkas variabel skala CUCEI menjadi beberapa faktor saja. Dengan menggunakan metode ekstraksi PCA dengan rotasi Varimax, skala Lingkungan Pembelajaran di Kelas dapat direduksi menjadi lima faktor dengan total varian yang dapat disumbangkan sebesar 49.767%, yakni Faktor 1 (Participation) : sejauh mana para mahasiswa berpartisipasi dalam suatu kegiatan (Cronbach α = 0.732), Faktor 2 (Cooperation and Individualisation) : sejauh mana para mahasiswa saling bekerja sama dan sejauh mana para mahasiswa dijinkan untuk membuat keputusannya sendiri (α = 0.804), Faktor 3 (Task Orientation) : sejauh mana kegiatan kelas diorganisir dengan baik, para mahasiswa memandang semua kegiatan pembelajaran penting, seperti menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan Dosen dan tetap berfokus pada perkuliahan (α = 0.744), Faktor 4 (Relationship) : sejauh mana para mahasiswa berhubungan dengan baik satu sama lain dan juga dengan dosen (α = 0.737), dan Faktor 5 (Attention) : sejauh mana para dosen memberikan perhatian kepada para mahasiswa berkaitan dengan masalah yang dihadapinya (α = 0.712).
The purpose of this study was to explore cause-effect relationship between different factors of classroom learning environment and students’ outcomes at campus of higher education. Data were collected from undergraduate level students of The Indonesia School of Information Technology (STMIK Indonesia), Jakarta. The researchers obtain the response of 93 students for the study. The validity analysis conducted to analyze the overall attributes assessment, and analyse to yield 14 attributes omit from the analysis so that 56 attributes remained. The reliability analysis produces a Cronbach Alpha coefficient is 0.930, which is very satisfactory. A Principal Component Analysis (PCA), using varimax rotation, was carried out on the total samples. It yielded five factors of the students’ perceptions of classroom learning environment, which account for 49.767 % of the variation in the data, We have labelled the five factors as : ‘Participation’, ‘Cooperation and Individualisation’, Task Orientation’, ‘Relationship’, and ‘Attention’. Stepwise regression analyses showed the extent to which the Participation and Task Orientation factors of the classroom learning environment scale predicted the students’ attitudes to subject based on information technology.
Tujuan Studi
Tujuan dari studi ini menyelidiki hubungan dan pengaruh antara beberapa faktor yang mendasari persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas (Personalisation, Innovation, Task Orientation, Student Cooperation, Individualisation, dan Equity) dengan sikap mahasiswa terhadap mata kuliah berbasis teknologi informasi pada STMIK Indonesia Jakarta.
Prosedur Dan Metodologi
Sampel yang terdiri dari mahasiswa program studi Sistem Informasi dan Sistem Komputer diambil dari hampir 400 mahasiswa STMIK Indonesia Jakarta. Kuisener yang terdiri dari 56 item pertanyaan diedarkan kepada para mahasiswa setelah mereka mengikuti perkuliahan semester ganjil 2007/2008 pada bulan Januari 2008, dan sebanyak 93 orang meresponnya. Instrumen Penelitian Instrumen atau skala yang pertama adalah kuisener College and University Classroom Environment Inventory disingkat CUCEI dirujuk dari Fraser, Treagust, Williamson, & Tobin (1987) untuk mengukur persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas. Skala CUCEI terdiri dari 48 item dan tujuh sub-skala, yakni : Personalisation (pemberian peluang kepada para mahasiswa untuk dapat berhubungan dengan dosen), Innovation (sejauh mana para dosen merencanakan kegiatan pengajaran, penilaian, sumber belajar dan pendekatan cara mengajar), Student Cohesion (sejauh mana para mahasiswa bersahabat, saling memahami, saling menolong dan memberikan dorongan satu sama lain), Task Orientation (sejauh mana kegiatan kelas diorganisir dengan baik, para mahasiswa memandang semua kegiatan pembelajaran penting, seperti menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan Dosen dan tetap berfokus pada perkuliahan), Cooperation (sejauh mana para mahasiswa bekerja sama dan bukannya bersaing satu sama lain dalam tugas-tugas yang diberikan pada suatu mata kuliah), Individualisation (sejauh mana para mahasiswa diijinkan untuk membuat keputusannya sendiri dan diperlakukan dengan cara yang berbeda berdasarkan kemampuan, minat mereka), dan Equity (sejauh mana para mahasiswa diperlakukan setara, atau sederajad oleh Dosen dalam proses pembelajaran). Instrumen yang kedua dan adalah Sikap Mahasiswa Terhadap Mata kuliah Berbasis Teknologi Informasi terdiri dari 8 item dirujuk dari Fraser (1981).
Hasil PenelitianValiditas dan Reliabilitas SkalaValiditas skala yang terdiri dari 56 item pertanyaan dipenuhi dengan mengeluarkan sebanyak 14 item dengan menentukan korelasi yang signifikan antara semua item dan jumlah total, dengan rincian : 12 item dari 48 item skala CUCEI, dan 2 item dari 29 item skala SPAQ, 2 item dari 8 item skala Sikap Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Berbasis Teknologi Informasi. Reliabilitas dari seluruh 42 item yang tersisa dengan Cronbach α = 0.930, 36 item yang tersisa dari skala Lingkungan Pembelajaran di Kelas dengan = 0.881, dan 6 item yang tersisa dari skala Sikap Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Berbasis Teknologi informasi dengan α = 0.828. Dengan merujuk dari apa yang direkomendasikan oleh Nunnally (1978), bahwa jika α > 0.7 maka skala-skala di atas terjamin reliabilitasnya.
Analisis Faktor
Analisis faktor yang dilakukan terhadap 36 item skala Lingkungan Pembelajaran di Kelas, menunjukkan bahwa determinan matriks korelasi = 4.54E-013 (≠ 0), uji Bartlett’s dengan statistik Chi-square sebesar 1425.780, df 630 dengan tingkat signifikan sebesar 0.000 (< 0.01)dan nilai statistik KMO sebesar 0.485 hampir mendekati 0.5 (lihat Supranto, 2004). Sehingga analisis faktor dianggap sebagai teknik yang tepat untuk mereduksi data atau meringkas variabel skala CUCEI menjadi beberapa faktor saja. Dengan menggunakan metode ekstraksi PCA dengan rotasi Varimax, skala Lingkungan Pembelajaran di Kelas dapat direduksi menjadi lima faktor dengan total varian yang dapat disumbangkan sebesar 49.767%, yakni Faktor 1 (Participation) : sejauh mana para mahasiswa berpartisipasi dalam suatu kegiatan (Cronbach α = 0.732), Faktor 2 (Cooperation and Individualisation) : sejauh mana para mahasiswa saling bekerja sama dan sejauh mana para mahasiswa dijinkan untuk membuat keputusannya sendiri (α = 0.804), Faktor 3 (Task Orientation) : sejauh mana kegiatan kelas diorganisir dengan baik, para mahasiswa memandang semua kegiatan pembelajaran penting, seperti menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan Dosen dan tetap berfokus pada perkuliahan (α = 0.744), Faktor 4 (Relationship) : sejauh mana para mahasiswa berhubungan dengan baik satu sama lain dan juga dengan dosen (α = 0.737), dan Faktor 5 (Attention) : sejauh mana para dosen memberikan perhatian kepada para mahasiswa berkaitan dengan masalah yang dihadapinya (α = 0.712).
Dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi menggunakan SPSS 14.0 diperoleh hasil yang diringkas dalam tabel-tabel berikut : pada Tabel 3 tampak bahwa hanya dua faktor yang mendasari persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas, yakni Participation dan Task Orientation yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikap mahasiswa terhadap mata kuliah berbasis teknologi informasi dengan koefisien korelasi (R) masing-masing 0.403 dan 0.336, dan hasil analisis regresi kedua faktor masing-masing berpengaruh pada sikap mahasiswa terhadap mata kuliah berbasis teknologi informasi masing-masing (R2) sebesar 16.3% dan 11.3% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh hal-hal lain. Tampak juga pada Tabel 3, semua factor lingkungan pembelajaran di kelas secara bersama-sama berpengaruh pada sikap mahasiswa terhadap mata kuliah berbasis teknologi informasi sebesar 22.6% dan sisanya dipengaruhi hal-hal yang lain.Dengan menggunakan uji Levene’s, secara ringkas disimpulkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap faktor-faktor lingkungan pembelajaran di kelas pada umumnya tidak berbeda jika dikelompokkan menurut gender kecuali faktor Cooperation and Individualisation, jika dikelompokkan menurut kelas (pagi/malam) pada umumnya persepsi mereka tidak berbeda kecuali faktor Participation, jika dikelompokkan menurut program studi (sistem informasi/sistem komputer) pada umumnya persepsi mereka tidak berbeda, dan jika dikelompokkan menurut mahasiswa yang bekerja dan tidak bekerja hanya pada faktor Participation dan Task Orientation persepsi mereka berbeda.
Diskusi dan Kesimpulan
Mutu pendidikan tinggi berfokus pada : apa yang telah dipelajari siswa, apa yang mereka ketahui / pahami, apa yang dapat mereka kerjakan, dan bagaimana kemampuan mereka sebagai hasil dari interaksi mereka dengan dosen, departemen / jurusan / program studi, dan lembaga pendidikan tinggi. Mutu pendidikan tinggi harus berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan belajar siswa. Lebih lanjut Frazer (1994 : 103) dalam Chong & Crowther (2005) menambahkan bahwa mutu pendidikan tinggi berdimensi banyak (multi-dimensional), multi fakta meliputi tiga aspek : tujuan-tujuan (goals), proses, dan bagaimana tujuan sejauh ini jika dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai. Oleh karena itu mengevaluasi persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas dan penilaian mereka pada proses pembelajaran menjadi sangat penting sebagai salah satu umpan balik yang diperlukan, dalam usaha peningkatan mutu akademik dan penjaminan mutu akademik yang telah atau akan ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan tinggi. Beberapa faktor yang mendasari persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas, yakni : Participation, Cooperation and Individualisation, Task Orientation, Relationship, dan Attention menjadi perhatian lembaga saat ini, sebagai umpan balik, dan lebih lanjut faktor-faktor ini memberikan informasi apa yang terjadi di kelas mereka, apa yang dirasakan dan dialami siswa dan apakah mereka menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas cenderung ke arah peningkatan prestasi siswa ?. Beberapa faktor di atas saat ini, menuntut peran dosen sebagai seorang tenaga ahli (expert), mempunyai kewenangan (formal authority), model pribadi (personal model), fasilitator, dan delegator di kelas, sebagai salah satu atau lebih gaya mengajar (teaching style) mereka (Grasha, 1996 : 154). Karena di saat mendatang mungkin saja faktor-faktor itu berbeda dalam jumlah maupun kriteria. Para Dosen harus bisa menumbuhkan pentingnya mahasiswa bekerja sama dan memberikan kepercayaan kepada para mahasiswa dalam membuat keputusannya sendiri, meningkatkan partisipasi mereka di kelas, menjelaskan secara rinci setiap tugas dan arah pembelajaran, menjalin hubungan komunikasi dua arah dengan para mahasiswa maupun antar mahasiswa, memberi perhatian serius apa yang dibutuhkan oleh para mahasiswa. Saat ini hanya dua faktor (Participation dan Task Orientation) dari lingkungan pembelajaran di kelas yang terlihat mempunyai hubungan dan berpengaruh pada sikap mereka terhadap mata kuliah berbasis teknologi informasi. Akan tetapi dengan berjalannya waktu (meningkatnya dan terjaminnya mutu akademik) bukan tidak mungkin faktor-faktor yang lain akan juga berpengaruh, misalnya dengan tumbuhnya kerja sama di antara mereka, komunikasi yang terjalin baik dan lain sebagainya, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Fisher, Aldridge, Fraser, & Wood, (2001). Pada penelitian mereka, semua faktor dari lingkungan pembelajaran di kelas berpengaruh pada sikap siswa terhadap mata pelajaran yang pengajarannya menggunakan komputer. Persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas dan penilaian mereka pada proses pembelajaran pada umumnya tidak berbeda, sehingga faktor-faktor tersebut di atas saja yang menjadi perhatian lembaga. Namun demikian umpan balik yang diperoleh saat ini perlu dievaluasi kembali secara berkala untuk mendapatkan faktor-faktor lain yang mungkin saja berbeda, dan mengkaitkannya dengan hal-hal lain yang bermanfaat bagi lembaga dalam meningkatkan mutu akademik dan terjaminnya mutu akademik.
Mutu pendidikan tinggi berfokus pada : apa yang telah dipelajari siswa, apa yang mereka ketahui / pahami, apa yang dapat mereka kerjakan, dan bagaimana kemampuan mereka sebagai hasil dari interaksi mereka dengan dosen, departemen / jurusan / program studi, dan lembaga pendidikan tinggi. Mutu pendidikan tinggi harus berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan belajar siswa. Lebih lanjut Frazer (1994 : 103) dalam Chong & Crowther (2005) menambahkan bahwa mutu pendidikan tinggi berdimensi banyak (multi-dimensional), multi fakta meliputi tiga aspek : tujuan-tujuan (goals), proses, dan bagaimana tujuan sejauh ini jika dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai. Oleh karena itu mengevaluasi persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas dan penilaian mereka pada proses pembelajaran menjadi sangat penting sebagai salah satu umpan balik yang diperlukan, dalam usaha peningkatan mutu akademik dan penjaminan mutu akademik yang telah atau akan ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan tinggi. Beberapa faktor yang mendasari persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas, yakni : Participation, Cooperation and Individualisation, Task Orientation, Relationship, dan Attention menjadi perhatian lembaga saat ini, sebagai umpan balik, dan lebih lanjut faktor-faktor ini memberikan informasi apa yang terjadi di kelas mereka, apa yang dirasakan dan dialami siswa dan apakah mereka menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas cenderung ke arah peningkatan prestasi siswa ?. Beberapa faktor di atas saat ini, menuntut peran dosen sebagai seorang tenaga ahli (expert), mempunyai kewenangan (formal authority), model pribadi (personal model), fasilitator, dan delegator di kelas, sebagai salah satu atau lebih gaya mengajar (teaching style) mereka (Grasha, 1996 : 154). Karena di saat mendatang mungkin saja faktor-faktor itu berbeda dalam jumlah maupun kriteria. Para Dosen harus bisa menumbuhkan pentingnya mahasiswa bekerja sama dan memberikan kepercayaan kepada para mahasiswa dalam membuat keputusannya sendiri, meningkatkan partisipasi mereka di kelas, menjelaskan secara rinci setiap tugas dan arah pembelajaran, menjalin hubungan komunikasi dua arah dengan para mahasiswa maupun antar mahasiswa, memberi perhatian serius apa yang dibutuhkan oleh para mahasiswa. Saat ini hanya dua faktor (Participation dan Task Orientation) dari lingkungan pembelajaran di kelas yang terlihat mempunyai hubungan dan berpengaruh pada sikap mereka terhadap mata kuliah berbasis teknologi informasi. Akan tetapi dengan berjalannya waktu (meningkatnya dan terjaminnya mutu akademik) bukan tidak mungkin faktor-faktor yang lain akan juga berpengaruh, misalnya dengan tumbuhnya kerja sama di antara mereka, komunikasi yang terjalin baik dan lain sebagainya, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Fisher, Aldridge, Fraser, & Wood, (2001). Pada penelitian mereka, semua faktor dari lingkungan pembelajaran di kelas berpengaruh pada sikap siswa terhadap mata pelajaran yang pengajarannya menggunakan komputer. Persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas dan penilaian mereka pada proses pembelajaran pada umumnya tidak berbeda, sehingga faktor-faktor tersebut di atas saja yang menjadi perhatian lembaga. Namun demikian umpan balik yang diperoleh saat ini perlu dievaluasi kembali secara berkala untuk mendapatkan faktor-faktor lain yang mungkin saja berbeda, dan mengkaitkannya dengan hal-hal lain yang bermanfaat bagi lembaga dalam meningkatkan mutu akademik dan terjaminnya mutu akademik.