Wednesday, August 6, 2008

Instrumen CUCEI

Fraser et al. (1996) telah mengembangkan suatu instrumen lingkungan pembelajaran di kelas (learning environment) di tingkat universitas atau sekolah tinggi, yakni kuisener College and University Classroom Environment Inventory disingkat CUCEI.
Sebagai mana instrumen yang sejenis merupakan skala yang dapat memprediksi hasil belajar siswa dengan apa yang terjadi pada lingkungan pembelajaran di kelas, dan juga mencerminkan pandangan baru dalam belajar secara kognitif.
Skala CUCEI terdiri dari tujuh sub-skala, yakni :
  1. Personalisation : beberapa hal yang berkaitan dengan perhatian Dosen kepada mahasiswa, seperti mudah ditemui (approachable), suka menolong (helpful), mau mendengarkan (responsive), mampu menjelaskan (able to explain), mudah dihubungi (accessibility), Innovation : beberapa hal yang berkaitan dengan pengajaran (lectures), penilaian (assessment), sumber belajar dan pendekatan cara mengajar (resources and teaching approaches),
  2. Student Cohesion : sejauh mana mereka saling memahami, saling menolong dan memberikan dorongan antara seorang mahasiswa dengan mahasiswa yang lain,
  3. Task Orientation : sejauh mana para mahasiswa memandang semua kegiatan pembelajaran penting, seperti menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan Dosen dan tetap berfokus pada pelajaran, . : sejauh mana para mahasiswa bekerja sama dan bukannya bersaing satu sama lain dalam tugas-tugas yang diberikan pada suatu pelajaran,
  4. Individualisation, dan
  5. Equity : sejauh mana para mahasiswa diperlakukan setara, atau sederajad oleh Dosen dalam proses pembelajaran.Instrumen ini masing-masing terdiri dari 49 item, dengan tujuh item untuk tiap-tiap skala, serta menggunakan respon pilihan menggunakan model skala Linkert (sangat tidak setuju – sangat setuju).
Kata kunci : learning environment, College and University Classroom Environment Inventory
Catatan : instrumen/skala dalam artikel ini dan e-book yang berkaitan dengan hal itu dapat dipesan lewat hand_oz@yahoo.com

Tuesday, August 5, 2008

Principles of Adult Learning Scale (PALS)

Menurut Conti (2004), istilah gaya mengajar seorang guru/dosen mengacu pada mutu yang berbeda yang diperlihatkan oleh seorang guru, konsisten dari suatu situasi ke situasi yang lain tanpa melihat materi yang sedang diajarkan.
Didasarkan pada rujukan di atas, Dupin-Bryant (2004) mendefinisikan gaya mengajar (teaching style) seorang guru yang berfokus pada siswa sebagai gaya mengajar yang responsif, kolaboratif, berfokus pada masalah, dan demokratis di mana guru dan siswa dapat memutuskan bagaimana, apa, dan kapan pelajaran dilaksanakan (p. 42). Di sisi lain, gaya mengajar seorang guru yang berfokus pada guru (teacher centered) merupakan gaya mengajar yang sangat formal, dikendalikan oleh guru, dan sangat otokratis di mana guru akan mengarahkan bagaimana, apa, dan kapan siswa belajar (p. 42).
Untuk menilai gaya mengajar seorang guru, Conti (1979) mengembangkan suatu skala lewat disertasinya, yakni Principles of Adult Learning Scale (PALS). Sejak tahun 1979, PALS telah mengalami beberapa kali perbaikan (Conti, 1983, 1985, 2004). Beberapa pengujian terhadap konstruk itu telah dilakukan, PALS telah terbukti mempunyai validitas content dan reliabilitas yang tinggi untuk menguji gaya mengajar seorang guru (Conti 1979, 1982, 1983; Premont, 1989; Parisot, 1997).
PALS suatu kuisener yang terdiri dari 44 item dengan responden dapat memberikan respon dari 1 = sangat tidak setuju – 5 = sangat setuju. Skor PALS yang tinggi menandakan bahwa gaya mengajar berpusat pada siswa, sedangkan skor yang rendah menandakan bahwa gaya mengajar hanya berpusat pada guru.
Tujuh faktor yang mendasari penilaian gaya mengajar lewat PALS (Conti, 1985, p : 11) adalah :
  1. Kegiatan yang berpusat pada siswa (Learner-Centered Activities) : Mencerminkan sejauh mana gaya mengajar seorang guru lebih kolaboratif dengan perilaku yang mendorong para siswa untuk lebih bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri, mereka yang mendukung gaya mengajar yang berpusat pada guru (teacher-centered) menyukai pengujian formal dibanding teknik evaluasi informal.
  2. Pengajaran yang selaras (Personalizing Instruction) : Mencerminkan sejauh mana seorang guru menggunakan sejumlah teknik di mana pengajaran diselaraskan dengan kebutuhan yang unik dari tiap siswa, dan lebih menekankan kerjasama dibandingkan berkompetisi.
  3. Berhubungan dengan pengalaman (Relating to Experience) : Mencerminkan sejauh mana seorang guru menekankan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan pengalamannya dan mendorong siswa mempelajari sesuatu yang relevan dengan beberapa pengalaman mereka saat ini.
  4. Memprediksi kebutuhan siswa (Assessing Student Needs) : Penilaian yang dilakukan oleh seorang guru yang berorientasi ke arah mengenali keinginan masing-masing siswa, memberi konsultasi dan bimbingan secara pribadi pada tugas-tugas yang diberikan.
  5. Membangun iklim (Climate Building) : Mengukur apakah guru telah menciptakan iklim yang baik dan ramah di kelas, mendukung komunikasi dan iteraksi antar siswa. Mengambil suatu resiko juga perlu diajarkan, kesalahan dilihat sebagai bagian dari proses belajar.
  6. Berpartisipasi dalam kegiatan belajar (Participation in the Learning Process) : Mencerminkan sejauh mana seorang guru bertumpu pada siswa dengan mengidentifikasi beberapa masalah mereka dan mempunyai keinginan untuk ikut memecahkannya, mengijinkan para siswa untuk ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang beberapa topik yang tercakup / akan diberikan di kelas.
  7. Bertindak luwes dalam pengembangan pribadi siswa (Flexibility for Personal Development) : Mencerminkan konsepsi diri seorang guru sebagai fasilitator dan bukan sebagai penyedia pengetahuan. Keluwesan dipelihara dan disesuaikan dengan lingkungan pembelajaran di kelas dan isi kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan siswa yang berubah.

Kata kunci : teaching style, Principles of Adult Learning Scale (PALS).

Catatan : instrumen/skala dalam artikel ini dan e-book yang berkaitan dengan hal itu dapat dipesan melalui e-mail : hand_oz@yahoo.com.

Monday, August 4, 2008

Adult Classroom Environment Scale (ACES)

Darkenwald dan Valentine (1986), mencatat kurangnya data penelitian pada lingkungan psikososial pembelajaran di kelas (learning environment) untuk pendidikan orang dewasa. Menurut mereka ditemukan banyak fakta bahwa skala lingkungan pembelajaran di kelas yang ada dirancang hanya untuk kelas-kelas pada sekolah dasar dan menengah dan itu tentu tidak valid untuk penelitian yang ditujukan untuk pendidikan orang dewasa. Mereka mengembangkan Skala Adult Classroom Environment (ACES)1, yang digunakan pada lingkungan pembelajaran di kelas untuk pendidikan orang dewasa (dengan berbagai pendekatan), dan terdiri dari tujuh dimensi (tujuh item untuk setiap dimensi). Skala atau instrumen itu menjadi dasar untuk merancang penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari 500 orang dewasa (mahasiswa) yang mengikuti program pendidikan sertifikasi (1atau 2 tahun) yang dilaksanakan oleh University College Cork (U.C.C.). Penelitian seperti itu belum banyak dilaporkan sebelumnya yang dilakukan pada orang dewasa Irlandia berkaitan dengan persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas mereka.
Tujuh dimensi skala ACES diperlakukan untuk semua mahasiswa yang terdiri dari orang dewasa selama empat minggu pada bulan April 1996, dan menguji ketujuh dimensi berikut (Darkenwald, 1987) :
  1. Affiliation : sejauh mana para siswa saling berhubungan secara positif satu sama lain.
  2. Teacher Support : sejauh mana guru memberikan bantuan, dorongan, tampak bersahabat, dan memberikan perhatian ke pada siswa.
  3. Task Orientation : sejauh mana para siswa dan guru tetap berfokus pada tugas dan prestasi.
  4. Personal Goal Attainment : sejauh mana guru sangat luas memberikan peluang untuk siswa untuk mengejar minat mereka secara individu.
  5. Organization and Clarity : sejauh mana kegiatan kelas disampaikan dengan jelas dan diorganisir secara baik.
  6. Student Influence : sejauh mana guru mengajar dengan berpusat pada siswa dan mempersilahkan para siswa untuk berpartisipasi dalam memutuskan rencana pembelajaran.
  7. Involvement : seberapa jauh kepuasan siswa dipenuhi dan berpartisipasi dengan aktif dan menaruh perhatian dalam suatu kegiatan.
Kata kunci : learning environment, ACES
Catatan : instrumen/skala dalam artikel ini dan e-book yang berkaitan dengan hal itu bisa dipesan lewat e-mail : hand_oz@yahoo.com






Friday, August 1, 2008

Hubungan Antara Iklim Kelas (Classroom Climate) Dengan Prestasi Siswa

Bloom (1964) mendefinisikan iklim dengan kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang mempengaruhi siswa. Moos (1979 : 81) menggambarkan iklim sekolah sebagai atmosfer sosial sebagai dampak adanya suatu pengaturan atau lingkungan psikososial pembelajaran (learning environment), di mana para siswa mempunyai pengalaman yang berbeda, tergantung dari apa yang disajukan oleh para guru dan administrator sekolah. Selanjutnya Bloom (1964) mengungkapkan bahwa pengukuran di lingkungan psikososial pembelajaran di kelas/sekolah merupakan komponen yang menentukan arah dalam meramalkan dan selalu mencari cara terbaik untuk kesuksesan pembelajar (Anderson & Walberg, 1974). Sejak saat itu banyak penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap lingkungan (psikososial) pembelajaran di kelas dapat diukur dengan instrumen melalui survei, dan hasil penelitian mereka dijamin validitasnya (Anderson & Walberg, 1974; Fraser, 1997, 1998a, 1998b, 2002b; Moos, 1979). Sehingga mengevaluasi prestasi siswa secara individual akan membawa ke arah efektivitas dalam mengorganisasi lingkungan pembelajaran di kelas (Walberg, 1974).

Sekalipun kita sepakat secara konsep dengan istilah iklim sekolah yang didefinisikan di atas, terdapat sejumlah isu yang patut untuk dikaji lebih lanjut, misalnya bagaimana menilai atau mengukur iklim sekolah, atau dengan kata lain variabel atau faktor apa saja yang mendasari iklim sekolah, bagaimana mengukur iklim sekolah mereka dan bagaimana menjelaskannya. Isu yang lain misalnya apakah ada hubungan antara iklim sekolah dengan keefektifan sekolah (the effectiveness of the school), bagaimana memprediksi dan mengendalikan iklim sekolah, data apa saja yang diperlukan untuk masing-masing variabel yang mendasari iklim sekolah, perlu dipertimbangkan siapa yang akan menjadi partisipan agar dapat diperoleh data yang akurat sehingga dapat menjelaskan iklim sekolah yang sesuai dengan apa yang terjadi.

Tujuan, Permasalahan, dan Pertanyaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini akan menyelidiki beberapa faktor spesifik yang berperan positif pada iklim kelas dan menentukan hubungan antara beberapa faktor yang mendasari iklim kelas dengan prestasi siswa kelas 6 SD dalam mata pelajaran matematika atau mata pelajaran yang lain. Tujuan penelitian dapat dijabarkan dalam tiga permasalahan yang akan dinyatakan dalam tiga pertanyaan penelitian, sebagai berikut :
  1. Masalah yang pertama akan mengidentifikasi persepsi siswa pada iklim kelas dalam mata pelajaran matematika, sehingga masalah ini dapat dinyatakan dalam pertanyaan penelitian : Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap iklim kelas dalam mata pelajaran matematika dengan prestasi mereka dalam mata pelajaran itu ?
  2. Masalah yang kedua akan mengidentifikasi persepsi siswa terhadap beberapa faktor yang mendasari iklim kelas (cohesiveness, friction, satisfaction, competitiveness, dan difficulty) yang berhubungan dengan prestasi mereka dalam mata pelajaran matematika, sehingga masalah ini dapat dinyatakan dalam lima pertanyaan penelitian sebagai berikut : a) Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap factor cohesiveness (kekompakan siswa) dengan prestasi mereka dalam mata pelajaran matematika ? ; b) Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap factor friction (tidak kesepahaman) dengan prestasi mereka dalam mata pelajaran matematika ? ; c) Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhdap factor satisfaction (kepuasan) dengan prestasi mereka dalam mata pelajaran matematika ? ; d) Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap factor competitiveness (daya saing) dengan prestasi mereka dalam mata pelajaran matematika ? ; dan e) Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhdap factor difficulty (kesulitan) dengan prestasi mereka dalam mata pelajaran matematika ?
  3. Masalah ketiga mengidentifikasi status sosioekonomi siswa dan hubungannya dengan prestasi mereka dalam mata pelajaran matematika, sehingga pertanyaan penelitiannya adalah : Adakah hubungan antara status sosioekonomi siswa dengan prestasi mereka dalam mata pelajaran matematika ?
Instrumen
Persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas mereka diukur menggunakan My Class Inventory disingkat MCI. MCI dikembangkan sebagai penyederhanaan dari instrumen lingkungan pembelajaran di kelas yang telah digunakan selama ini (Diamantes, 1994) dan berbeda dengan instrument yang ada. Pertama agar para siswa tidak cepat jenuh dan lelah, sehingga MCI jumlah itemnya tidak terlalu banyak, yang kedua agar para siswa lebih dapat memahami dan dengan cepat memberikan responnya, yang ketiga pilihan responnya hanya ya atau tidak sehingga mereka lebih leluasa memberikan responnya, dan yang terakhir pertanyaan dan jawaban/respon disajikan bersama dalam satu lembar dan MCI relative lebih cepat diselesaikan walaupun terdiri dari 25 item pernyataan yang dikelompokkan dalam lima dimensi yang mendasari iklim kelas. Prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika dapat dievaluasi melalui ulangan harian, ujian semesteran atau evaluasi dalam bentuk yang lain.

Kata kunci : Iklim Kelas, MCI, Prestasi Siswa
Catatan : instrumen/skala dalam artikel ini dan e-book yang berkaitan dengan hal itu dapat dipesan lewat e-mail : hand_oz@yahoo.com