Thursday, September 20, 2007

BEBERAPA INSTRUMEN PENELITIAN PENDIDIKAN (LANJUTAN I)

Questionnaire on Teacher Interaction (QTI) Scales
Wubbels et al. (1985) memusatkan pada guru sebagai variabel untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran di kelas, dan mengembangkan suatu model untuk memetakan perilaku interpersonal Guru. Model itu didasarkan pada model perilaku interpersonal dari Leary (1957). The Questionnaire on Teacher Interaction (QTI), skala untuk mengukur persepsi siswa terhadap perilaku interpersonal Guru mereka, yang menjadi dasar model ini (Wubbels & Levy, 1993). Instrumen ini terdiri dari 8 skala : Leadership (sejauh mana guru mempimpin, mengorganisir, memberikan materi pelajaran, menentukan prosedur pengajaran dan mengendalikan situasi kelas), Helpful/Friendly (sejauh mana guru memperlihatkan dan menarik perhatian, bertindak dengan penuh pertimbangan, ramah, percaya diri, dan dapat dipercaya), Understanding (sejauh mana guru memahami, memberikan empati, memberikan kepercayaan, dan bersikap terbuka dengan para siswa), Student responsibility (sejauh mana guru memberi kesempatan kepada siswa bekerja mandiri, memberikan tanggung jawab dan kebebasan ke para siswa), Uncertain (sejauh mana Guru ragu-ragu dalam bertindak), Dissatisfied (sejauh mana guru menyatakan ketidakpuasan, kritik, terlihat tidak bahagia, berdiam diri), Admonishing (sejauh mana guru menjadi marah, menyatakan kejengkelan dan kemarahannya, memberi peringatan dan hukuman), dan Strict (sejauh mana guru melakukan pemeriksaan di kelas berkaitan dengan kegiatan pengajaran, menjaga ketenangan, dan menegakkan aturan dengan tegas).Versi QTI yang asli dikembangkan di Belanda mempunyai 77 item (Wubbels, Creton & Hooymayers, 1985). Kemudian setelah itu , QTI direduksi menjadi 64 item untuk versi Amerika (Wubbels & Levy, 1991) dan to 48 item untuk versi Australia (Fisher et al., 1995). Respon terhadap setiap item menggunakan model Linkert 5 pilihan (hampir tidak pernah - hampir selalu / sering sekali). Kode INS 09.

Student Climate Survey
Survei akan dirancang untuk mengukur persepsi siswa terhadap tiga dimensi yang berkaitan dengan Tingkah laku mereka pada Lingkungan Pembelajaran (Behavioral Environment), Interaksi siswa / remaja (Adult/Student Interaction), dan Lingkungan Akademik (Academic Environment).Behavioral Environment mempresentasikan lingkungan sosial dan lingkungan fisik sekolah, yang meliputi interaksi siswa, harapan siswa tentang pengaturan dan penyelenggaraan sekolah, dan hal-hal yang berkaitan dengan kebersihan dan keselamatan sekolah. Behavioral Environment terdiri atas tiga subskala, yakni : Perilaku Teman Sebaya (Peer Behavior), Harapan tentang Perilaku (Behavior Expectations), dan Keselamatan dan Kebersihan Sekolah (School Safety & Cleanliness).Adult / Student Interactions mempresentasikan hubungan antar para siswa / remaja dengan Guru atau Staf di kampus, baik di dalam maupun di luar kelas. Dimensi Adult / Student Interactions terdiri dari dua subskala, yakni : Dukungan dan Apa yang dijanjikan oleh Guru (Teacher Support & Engagement)) dan Perlakuan yang wajar & Rasa hormat yang diberikan ke pada Remaja /Siswa (Adult Fairness & Respect).Academic Environment menjelaskan tentang apa yang diharapkan oleh siswa berkaitan dengan hal-hal yang bersifat akademik dan apa yang dirasakan oleh siswa berkaitan dengan kemanjuran akademik (Academic Efficacy) mereka. Academic Environment terdiri dari dua subskala, yakni : Beberapa Standar Akademik (Academic Standards) dan Rasa percaya diri Siswa di bidang Akademik (Academic Self-Confidence). Kode INS 12.

Teaching Style Inventory
Grasha (1996) mengidentifikasi lima gaya mengajar seorang guru di kelas sebagai : Expert (memiliki keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh para siswa, bekerja keras untuk memelihara statusnya sebagai tenaga ahli dengan memperlihatkan ke pada para siswa pengetahuan terperinci dan menantang untuk meningkatkan kemampuan mereka, menyebarkan informasi yang terkait dengan keahliannya dan menjamin dengan sunguh-sunguh disiapkan untuk para siswa), Formal Authority (memiliki status di mata siswa, karena peran dan pengetahuannya sebagai staf lembaga, memberikan perhatian ke pada para siswa tentang sesuatu hal yang positip dan umpan balik yang negatip), Personal Model (memberikan kepercayaan bahwa guru sebagai pengajar menjadi contoh dan menetapkan suatu prototype bagaimana cara berfikir dan bertindak, mengatur, memandu, dan mengarahkan serta menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu dan mendorong siswa dalam mengamati apa yang dilakukan oleh gurunya sehingga pada gilirannya dapat menyamai atau bahkan lebih baik dibandingkan gurunya), Facilitator (menekankan secara alami interaksi antara guru-siswa secara pribadi, memandu dan mengarahkan para siswa dengan meminta mereka untuk bertanya tentang sesuatu hal, menyelidiki beberapa pilihan yang tersedia, mengusulkan beberapa alternatif untuk membangun kriteria dalam memilih berbagai aneka pilihan), dan Delegator (gaya mengajar ini berkaitan dengan pengembangan kapasitas siswa sedemikian hingga mereka dapat mengurus dirinya sendiri (otonom), siswa bebas melakukan suatu kegiatan atau menjadi bagian dari suatu tim yang diberikan otonom untuk melakukan suatu kegiatan, guru yang tersedia atas permohonan siswa sebagai sumber untuk dimintai bantuannya dalam melakukan suatu kegiatan. Skala ini terdiri dari tidak kurang dari 40 item yang tersebar dalam ke lima gaya mengajar seorang guru di atas, dengan pilihan respon 1 = sangat tidak setuju – 5 = sangat setuju. Kode INS 13.

Academic Motivation Scale(Version College)
Teori self-determination tentang perilaku seseorang berhubungan dengan motivasi intrinsik (muncul dari dirinya sendiri), ekstinsik (muncul dari luar dirinya) dan amotivation (Deci & Ryan,1985; Ryan & Deci, 2000). Oleh karena motivasi ekstrinsik disebabkan oleh keadaan di luar dirinya, maka diusulkan tiga jenis motivasi ekstrinsik yang berbeda, yakni pengaturan dari luar dirinya (external regulation), introjection regulation : tidak menerima pengaturan dari luar sepenuhnya), dan identification regulation : manakala seseorang menghargai pengaturan atau tujuan suatu perilaku dan menerima tindakan yang secara pribadi berharga, walaupun aktivitas masih dilakukan dengan pertimbangan yang disebabkan oleh keadaan di luar dirinya, namun secara internal diatur dan ditentukan oleh dirinya (Deci & Ryan, 1985, Ryan & Deci, 2000, Vallerand et al., 1991). Deci dan Ryan (1985) tertantang sekali untuk memahami perilaku manusia pada jenis motivasi ketiga (mereka menyebutnya amotivation) yang harus dipertimbangkan. Motivasi jenis ini sangat serupa dengan konsep tentang ketidakberdayaan belajar / learner helplessness (Abramson et al., 1978). Dengan merujuk pada beberapa kajian literatur di atas, motivasi intrinsik dan bentuk motivasi ekstrinsik dari jenis identification regulation diberi label sebagai motivasi otonomi (auotonomous motivation), sedangkan introjection regulation dan external regulation dipertimbangkan sebagai motivasi yang tidak otonom (non-autonomous motivation). Ketiga jenis motivasi itu dievaluasi menggunakan ‘Academic Motivation Scale’ (Vallerand et al., 1992), dengan skala Amotivation (5 item), External Regulation (6 item), Identification Regulation (6 item), Introjected Regulation (8 item), dan Motivasi Intrinsik (7 item) menggunakan skala Linkert 7 (1 = sangat tidak tepat – 7 = sangat tepat). Kode INS 14.

Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ)
Mengatur perilaku dan kesadaran diri (Self-regulation of cognition and behavior) merupakan aspek penting dari belajar dan kinerja akademik siswa di kelas ( Corno & Mandinach, 1983; Corno & Rohrkemper, 1985). Ada beberapa definisi untuk self-regulated learning, tetapi paling tidak ada tiga komponen khusus yang berkaitan dengan kinerja siswa di kelas. Komponen yang pertama adalah pengharapan meliputi kepercayaan siswa pada kemampuan mereka untuk melaksanakan suatu tugas, komponen kedua adalah nilai yang meliputi tujuan siswa dan kepercayaan pada pentingnya dan perhatian mereka pada tugas, dan ketiga adalah komponen afektif yang meliputi emosi dan reaksi mereka pada tugas.MSLQ aslinya terdiri dari 56 item untuk mengukur motivasi siswa (motivational beliefs), penggunaan strategi kognitif (cognitive strategies use), penggunaan strategi metakognitif (metacogitive strategies use), dan memanage usaha siswa ( management of effort). Motivational beliefs terdiri tiga skala, yakni : self-efficacy (9 item), intrinsic value (9 item), dan test axiety (4 item), sedangkan Self-Regulation Learning Strategies terdiri dari dua skala : cognitive strategies use (13 item) dan self-regulation (9 item). Respon siswa yang diharapkan menggunakan model 7 skala Linkert, dengan 1 = tidak ada yang tepat buatku sampai dengan 7 = sangat tepat buatku. 56 item tersebut dirujuk dari berbagai instrument yang digunakan untuk mengukur motivasi siswa, penggunaan strategi kognitif dan metakognitif (Eccles, 1983; Harter, 1981; Weinstein, Schulte, & Palmer, 1987). MSLQ yang dirujuk dari Pintrich & De Groot (Journal of Educational Psychology 1990, Vol. 82, No. 1, 33-40) terdiri dari 44 item. Kode INS 15.

Academic-Related Perceptions, Beliefs, and Strategies Scales
Skala ini terdiri dari beberapa subskala : Academic Efficacy / AE (skala ini mengacu pada persepsi siswa berkaitan dengan kemampuan mereka untuk melakukan sesuatu di kelas), Academic Press / AP (skala ini mengacu pada persepsi siswa terhadap beban yang diberikan oleh guru mereka dalam melakukan suatu pemahaman), Academic Self-Handicapping Strategies / ASHS (skala ini mengacu pada strategi yang digunakan oleh para siswa sedemikian hingga jika kinerja yang dicapainya rendah, hal itu tidak disebabkan oleh ketidakmampuan akan tetapi disebabkan oleh strategi yang digunakannya), Avoiding Novelty / AN (skala ini mengacu pada pilihan siswa untuk menghindari suatu pekerjaan / tugas yang baru atau belum dikenalnya), Cheating Behavior / CB (skala ini mengacu pada perilaku siswa menyontek atau melakukan kecurangan di kelas), Disruptive Behavior / DB (skala ini mengacu pada perilaku beberapa siswa yang mengganggu atau membuat suasana gaduh di kelas), Self-Presentation of Low Achievement / SPLA (skala ini mengacu bagaimana siswa memilih teman sebagai panutan yang dia ketahui mereka sangat berhasil di sekolah), dan Skepticism About the Relevance of School for Future Success / SARS (skala ini mengacu pada kepercayaan siswa bahwa keberhasilan di sekolah tidak akan banyak membantu mereka dalam mencapai sukses di masa datang). Skala ini terdiri dari 44 item, lima item yang pertama untuk AE, tujuh item berikutnya untuk AP, enam item berikutnya untuk ASHS, 5 item berikutnya untuk AN, 3 item berikutnya untuk CB, 5 item berikutnya untuk DB, 7 item berikutnya untuk SPLA, 6 item yang terakhir untuk SARS, dan dengan 5 respon pilihan menggunakan skala Linkert. Respon (tidak semuanya benar - sangat benar). Kode INS 16.
Catatan : instrumen/skala dalam artikel ini serta beberapa e-book yang berkaitan dengan hal itu dapat dipesan lewat email : hand_oz@yahoo.com

Wednesday, September 12, 2007

Beberapa Instrumen Penelitian Pendidikan

Instrumen SEEQ
Instrumen SEEQ (Student’s Evaluation of Educational Quality) dikembangkan oleh Marsh (1982) dan dirancang untuk mengukur keefektifan pengajaran, dan pada dasarnya mengukur mutu interaksi antara fakultas dengan mahasiswa terutama selama berada di kelas dan pada saat mentransfer informasi dari fakultas kepada mahasiswa atau memotivasi mahasiswa dalam proses pembelajaran. SEEQ terdiri dari 32 item dengan 5 format pilihan menggunakan model skala Linkert, dan dikelompokkan menjadi 9 skala atau dimensi, yakni : Learning (berkaitan dengan belajar mahasiswa), Antusiasm (antusias dosen dalam pengajaran), Organization (bagaimana dosen memfasilitasi belajar mahasiswa, Group Interaction (interaksi antar mahasiswa), Individual Rapport (interaksi Dosen dengan mahasiswa), Breadth of Coverage (pengetahuan / kemampuan dosen dalam memberikan wawasan), Grading / Examination (berkaitan dengan ujian dan penilaian), Reading / Assignments (berkaitan dengan pemberian tugas dan rujukan), dan Workload / Difficulty (beban kerja / kesulitan yang dihadapi mahasiswa). Kode INS 01.

Instrumen SERVPERF
Instrumen SERVPERF dikembangkan sebagai kritik terhadap instrumen SERVQUAL (Cronin & Taylor, 1992) dan digunakan untuk mengukur kinerja mutu layanan dalam industri jasa. Beberapa peneliti bidang pendidikan mengadopsi SERVPERF untuk digunakan dalam bidang pendidikan diantaranya Baron (2000), Holdford & Reinders (2001). Format skala SERVPERF menggunakan model skala Linkert 5 (1 = sangat tidak setuju – 5 = sangat setuju) pilihan untuk mengukur respon mahasiswa terhadap mutu layanan akademik non instruksional /administrasi yang diberikan oleh lembaga pendidikan, dan terdiri dari 5 dimensi, yakni : Tangible (berkaitan dengan penampilan fisik Lembaga, peralatan, staf, dan sarana komunikasi, Reliability (berkaitan dengan kemampuan staf lembaga untuk memberikan layanan sebagimana yang dijanjikan,tepercaya, akurat, dan konsisten, Responsiveness (kemauan untuk membantu pelanggan (mahasiswa) dan memberikan layanan dengan cepat), Assurance (kemampuan staf Lembaga untuk memberikan kepercayaan kepada pelanggan (mahasiswa) melalui rasa hormat dan pengetahuan yang mereka miliki, dan Empathy (perhatian staf Lembaga yang diberikan kepadapelanggan (mahasiswa) secara individu). Kode INS 02.
Survei Kepuasan Mahasiswa
Survei ini dilakukan untuk mengevaluasi persepsi mahasiswa terhadap kepuasan mereka Secara Umum (5 item dengan 5 pilihan : 1 = sangat puas – 5 = sangat tidak puas), pada Layanan Pendukung Akademik dan Pengajaran (26 item dengan 5 pilihan untuk kepuasan : 1 = sangat puas – 5 = sangat tidak puas dan 5 pilihan untuk tingkat kepentingan : 1 = sangat penting – 5 = sangat tidak penting), pada Kehidupan Kampus dan Layanan kepada Mahasiswa (15 item dengan 5 pilihan untuk tingkat kepuasan dan kepentingan), Keterlibatan Mahasiswa dalam Kegiatan Pembelajaran (11 item dengan 4 pilihan : 1 = sering – 4 = tidak pernah), berkaitan dengan Layanan Non Pengajaran (20 item dengan 5 pilihan : 1 = sangat setuju – 5 = sangat tidak setuju)), berkaitan dengan Proses Belajar Mengajar (32 item dengan 5 pilihan : 1 = sangat setuju – 5 = sangat tidak setuju), Keterampilan yang diperoleh (14 item dengan 5 pilihan : 1 = sangat tidak efektif – 5 = sangat efektif). Kode INS 03.

Self Evaluation of Teaching Methods & Effectiveness Scale
Skala ini digunakan untuk mengevaluasi diri seorang Guru / Dosen dalam mengajar, terdiri dari 28 item yang dikelompokkan dalam 5 dimensi : Efforts to increase teaching effectiveness (usaha untuk meningkatkan efektivitas pengajaran), Efforts to insure that course content is current and comprehensive (usaha untuk menjamin materi kuliah sesuai dengan kebutuhan dan menyeluruh), Effort to plan, design, or redesign the courses (usaha untuk merencanakan, mendisain, atau mendisain kembali pengajaran), Effort to increase student interest and participate (usaha untuk meningkatkan partisipasi dan minat siswa), dan Efforts to evaluate instructional effectiveness and to bring student performance to standards (usaha untuk mengevaluasi efektivitas pengajaran dan untuk mencapai kinerja siswa sesuai dengan standar yang ditentukan). Respon terhadap setiap item menggunakan 5 skala Linkert : 1 = dapat dipraktekkan dengan peluang yang tinggi - 5 = tidak dapat dipraktekkan dalam perkuliahan ini. Kode INS 04.Skala TROFLEI Fraser (1998b) membangun kuisener baru yang ideal, untuk menyelidiki kesuksesan dalam menciptakan hasil yang efektif berfokus pada hasil belajar siswa dan lingkungan pembelajaran yang kaya dengan teknologi atau menggunakan teknologi komunikasi dan informasi. Skala ini dinamakan TROFLEI (Techonology-Rich Outcomes-Focused Learning Environment Inventory) terdiri dari 10 sub-skala, antara lain : Kekompakan Siswa (Student Cohesiveness), Dukungan Guru (Teacher Support), Keterlibatan Siswa (Involvement), Arahan Tugas (Task Orientation), Penyelidikan (Investigation), Kerjasama (Cooperation), Kesetaraan (Equity), Differentation, Computer Usage Young, dan Adult Ethos. Skala TROFLEI terdiri dari tidak kurang dari 82 item dan menggunakan model skala Linkert 5 pilihan : 1 = hampir tidak pernah - 5 = hampir selalu / sering sekali. Kode INS 05.





Instrumen WIHIC
Fraser et al. (1996) telah mengembangkan suatu instrumen lingkungan pembelajaran yang baru, yakni kuisener ‘What is Happening in this Class’ (Apa yang sedang terjadi di Kelas ini) disingkat WIHIC. Instrumen ini merupakan skala yang dapat memprediksi hasil belajar siswa dengan apa yang terjadi pada lingkungan pembelajaran di kelas, dan juga mencerminkan pandangan baru dalam belajar secara kognitif. Skala WIHIC terdiri dari tujuh sub-skala, yakni : Kekompakan Siswa (Student Cohesiveness) : sejauh mana mereka saling memahami, saling menolong dan memberikan dorongan antara satu siswa dengan siswa yang lain, Dukungan Guru (Teacher Support) : sejauh mana para guru membantu siswa, bersahabat, percaya dan menaruh perhatian pada siswa, Keterlibatan Siswa (Involvement) : sejauh mana para siswa mempunyai minat dan perhatian, berpartisipasi dalam diskusi, serius mengikuti dan menikmati proses pembelajaran di kelas, Arahan Tugas (Task Orientation) : sejauh mana para siswa memandang semua kegiatan pembelajaran penting, seperti menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dan tetap berfokus pada pelajaran, Penyelidikan (Investigation) : sejauh mana ketrampilan, proses pemeriksaan, dan menggunakan mereka ditekankan dalam memecahkan masalah dan penyelidikan, Kerjasama (Cooperation) : sejauh mana para siswa bekerja sama dan bukannya bersaing satu sama lain dalam tugas-tugas yang diberikan pada suatu pelajaran, dan Kesetaraan (Equity) : sejauh mana para siswa diperlakukan setara, atau sederajad oleh guru dalam proses pembelajaran. Format skala WIHIC menggunakan model skala Linkert 5 pilihan (hampir tidak pernah - hampir selalu / sering sekali) untuk mengukur respon siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas mereka. Kode INS 08.

Catatan : instrumen/skala dalam artikel ini serta beberapa e-book yang berkaitan dengan hal itu dapat dipesan lewat email : hand_oz@yahoo.com