Skala untuk mengukur hasil belajar siswa (Student Outcomes Scales) terdiri dari dua instrumen, instrumen pertama digunakan untuk mengukur sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran dan instrumen kedua untuk mengukur kemanjuran akademik siswa (student academic efficacy).
Sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana para siswa tertarik, menikmati dan mengharapkan pelajaran sesuai dengan materi yang akan diberikan. Untuk menyelidiki sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran, suatu instrumen telah dikembangkan. Instrumen ini sebenarnya didasarkan pada Test of Science-Related Attitudes (TOSRA; Fraser, 1981), terdiri dari 70 item yang dikelompokkan dalam enam skala yang berbeda. Enam skala itu yakni : sikap terhadap suatu mata pelajaran (attitude toward the subject matter), sikap terhadap pemeriksaan hal-hal yang bersifat ilmiah (attitude toward scientific inquiry), sikap dalam mengadopsi hal-hal yang bersifat ilmiah (adoption scientific attitudes), kenikmatan yang diperoleh dari pengalaman belajar (enjoyment of the learning experience), tertarik pada suatu mata pelajaran yang tersedia sebagai bagian dari pengalaman belajar (interest in the subject matter at hand, apart from the learning experience), dan tertarik pada karir di bidang ilmu pengetahuan (career interest in science). Contoh item yang berkaitan dengan sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran, misalnya : Dalam suatu eksperimen, aku dapat mengenali apa yang terjadi dalam diriku.
Kemanjuran akademik siswa (Student Academic Efficacy) merupakan sub-bidang kajian dari self efficacy yang mengacu pada pertimbangan pribadi tentang kemampuan mereka dalam mengorganisir, melaksanakan berbagai macam kegiatan pengajaran dalam meningkatkan kinerja mereka dalam pendidikan (Zimmerman, 1995). Self-Efficacy menyatakan suatu aspek dari teori kognitif sosial Bandura ( 1997), dan dipercaya berkaitan dengan penilaian seseorang tentang apa yang dapat mereka lakukan berkenaan dengan ketrampilan yang dimilikinya, dan sejauh mana seseorang yakin akan kemampuan yang dimilikinya (Bandura, 1986). Self-efficacy siswa dapat mempengaruhi beberapa aspek perilaku yang penting dalam belajar. Penelitian yang dilakukan di masa lampau telah menemukan bahwa self-efficacy yang tinggi secara positif mempengaruhi perilaku seseorang dalam bekerja, berusaha, ketekunan, dalam mencapai sasaran dan meningkatkan kinerja (Bandura, 1982, 1989; Schunk, 1989; Zimmerman, Bandura,& Martinez-Pons, 1992). Peningkatan self-efficacy seseorang seringkali akan mengakibatkan seseorang bersedia lebih terlibat dan tugas merupakan suatu tantangan (Pajares, 1996). Sikap siswa terhadap Academic Efficacy dimodifikasi dari skala yang dikembangkan oleh Jink dan Morgan (1999). Contoh item yang berkaitan dengan sikap siswa terhadap kemanjuran akademik mereka, misalnya : Saya lebih baik dibanding teman sekelasku dalam mata pelajaran matematika.
Penelitian pada lingkungan pembelajaran di kelas secara konsisten mempunyai hubungan dengan hasil belajar siswa (student outcomes) dalam cakupan lintas antar negara, bahasa, kultur, mata pelajaran, dan tingkat pendidikan ( Fraser, 1998a, 1998b, 2002a). Koul dan Fisher (2002) melakukan penyelidikan yang pertama di India dengan mempertimbangkan sikap siswa dan persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas mereka. Mereka menggunakan skala WIHIC dan skala sikap siswa terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan alam di kelas mereka, dengan melibatkan 1021 siswa kelas 9 dan 10, dan menemukan hubungan positif antara sikap siswa terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dengan skala WIHIC (Apa yang terjadi di kelas ini). Pajares ( 1996) menyelidiki kemanjuran akademis pada beberapa tugas yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika, dan dengan cara yang sama Schunk dan Rice (1993) mengkaji self-efficacy antar siswa yang menerima perbaikan layanan pendidikan. Zeldin dan Pajares (2000) baru-baru ini juga menyelidiki self-efficacy para wanita dalam bidang matematika, karier di bidang sain dan teknologi. Beberapa kajian penelitian telah menyajikan secara konsisten, dengan bukti yang meyakinkan kemanjuran akademik mempunyai hubungan positip dengan motivasi akademik (e.g. Schunk & Hanson, 1985), ketekunan ( lyman Et al, 1984), kinerja memori (Berry, 1987), dan kinerja akademis siswa (Schunk, 1989).
Dorman, J.P., Fisher, D.L., dan Waldrip, B.G. (http://www.worldcebooks.com/education/ etlxbook/5946/5946.chap1.pdf) mengidentifikasi beberapa faktor dari lingkungan pembelajaran di kelas yang berpengaruh pada hasil belajar siswa (sikap dan academic efficacy siswa), antara lain skala Dukungan Guru, Keterlibatan Siswa, dan Berorientasi pada Tugas berpengaruh pada academic siswa, sedangkan skala Kekompakan Siswa, Dukungan Guru, Berorientasi pada Tugas, dan Kesetaraan berpengaruh pada sikap siswa terhadap ilmu pengetahuan.
Sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana para siswa tertarik, menikmati dan mengharapkan pelajaran sesuai dengan materi yang akan diberikan. Untuk menyelidiki sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran, suatu instrumen telah dikembangkan. Instrumen ini sebenarnya didasarkan pada Test of Science-Related Attitudes (TOSRA; Fraser, 1981), terdiri dari 70 item yang dikelompokkan dalam enam skala yang berbeda. Enam skala itu yakni : sikap terhadap suatu mata pelajaran (attitude toward the subject matter), sikap terhadap pemeriksaan hal-hal yang bersifat ilmiah (attitude toward scientific inquiry), sikap dalam mengadopsi hal-hal yang bersifat ilmiah (adoption scientific attitudes), kenikmatan yang diperoleh dari pengalaman belajar (enjoyment of the learning experience), tertarik pada suatu mata pelajaran yang tersedia sebagai bagian dari pengalaman belajar (interest in the subject matter at hand, apart from the learning experience), dan tertarik pada karir di bidang ilmu pengetahuan (career interest in science). Contoh item yang berkaitan dengan sikap siswa terhadap suatu mata pelajaran, misalnya : Dalam suatu eksperimen, aku dapat mengenali apa yang terjadi dalam diriku.
Kemanjuran akademik siswa (Student Academic Efficacy) merupakan sub-bidang kajian dari self efficacy yang mengacu pada pertimbangan pribadi tentang kemampuan mereka dalam mengorganisir, melaksanakan berbagai macam kegiatan pengajaran dalam meningkatkan kinerja mereka dalam pendidikan (Zimmerman, 1995). Self-Efficacy menyatakan suatu aspek dari teori kognitif sosial Bandura ( 1997), dan dipercaya berkaitan dengan penilaian seseorang tentang apa yang dapat mereka lakukan berkenaan dengan ketrampilan yang dimilikinya, dan sejauh mana seseorang yakin akan kemampuan yang dimilikinya (Bandura, 1986). Self-efficacy siswa dapat mempengaruhi beberapa aspek perilaku yang penting dalam belajar. Penelitian yang dilakukan di masa lampau telah menemukan bahwa self-efficacy yang tinggi secara positif mempengaruhi perilaku seseorang dalam bekerja, berusaha, ketekunan, dalam mencapai sasaran dan meningkatkan kinerja (Bandura, 1982, 1989; Schunk, 1989; Zimmerman, Bandura,& Martinez-Pons, 1992). Peningkatan self-efficacy seseorang seringkali akan mengakibatkan seseorang bersedia lebih terlibat dan tugas merupakan suatu tantangan (Pajares, 1996). Sikap siswa terhadap Academic Efficacy dimodifikasi dari skala yang dikembangkan oleh Jink dan Morgan (1999). Contoh item yang berkaitan dengan sikap siswa terhadap kemanjuran akademik mereka, misalnya : Saya lebih baik dibanding teman sekelasku dalam mata pelajaran matematika.
Penelitian pada lingkungan pembelajaran di kelas secara konsisten mempunyai hubungan dengan hasil belajar siswa (student outcomes) dalam cakupan lintas antar negara, bahasa, kultur, mata pelajaran, dan tingkat pendidikan ( Fraser, 1998a, 1998b, 2002a). Koul dan Fisher (2002) melakukan penyelidikan yang pertama di India dengan mempertimbangkan sikap siswa dan persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas mereka. Mereka menggunakan skala WIHIC dan skala sikap siswa terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan alam di kelas mereka, dengan melibatkan 1021 siswa kelas 9 dan 10, dan menemukan hubungan positif antara sikap siswa terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dengan skala WIHIC (Apa yang terjadi di kelas ini). Pajares ( 1996) menyelidiki kemanjuran akademis pada beberapa tugas yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika, dan dengan cara yang sama Schunk dan Rice (1993) mengkaji self-efficacy antar siswa yang menerima perbaikan layanan pendidikan. Zeldin dan Pajares (2000) baru-baru ini juga menyelidiki self-efficacy para wanita dalam bidang matematika, karier di bidang sain dan teknologi. Beberapa kajian penelitian telah menyajikan secara konsisten, dengan bukti yang meyakinkan kemanjuran akademik mempunyai hubungan positip dengan motivasi akademik (e.g. Schunk & Hanson, 1985), ketekunan ( lyman Et al, 1984), kinerja memori (Berry, 1987), dan kinerja akademis siswa (Schunk, 1989).
Dorman, J.P., Fisher, D.L., dan Waldrip, B.G. (http://www.worldcebooks.com/education/ etlxbook/5946/5946.chap1.pdf) mengidentifikasi beberapa faktor dari lingkungan pembelajaran di kelas yang berpengaruh pada hasil belajar siswa (sikap dan academic efficacy siswa), antara lain skala Dukungan Guru, Keterlibatan Siswa, dan Berorientasi pada Tugas berpengaruh pada academic siswa, sedangkan skala Kekompakan Siswa, Dukungan Guru, Berorientasi pada Tugas, dan Kesetaraan berpengaruh pada sikap siswa terhadap ilmu pengetahuan.