Friday, June 15, 2007

Meneliti Perbedaan Antar Gender Terhadap Motivasi Akademik Siswa Sekolah Menengah Atas

Salah satu pertimbangan yang penting dalam meneliti motivasi akademik siswa adalah karena pengaruhnya yang signifikan terhadap belajar siswa di kelas. Sebagai konsekwensinya, motivasi dan belajar siswa merupakan dua variabel yang perlu dianalisis. Meskipun dalam beberapa tahun penelitian yang berkaitan dengan belajar siswa di kelas telah banyak dilakukan, namun perhatiannya hanya ditujukan pada aspek kognitif. Beberapa peneliti, diantaranya adalah Broussard (2002) dan Rusillo & Arias (2004) melakukan penelitian dari perspektif yang berbeda, yakni penelitian yang ditekankan pada hubungan antar (interrelation) aspek-aspek koginitif dan motivasi.
Penelitian Rusillo & Arias bertujuan meneliti apakah ada perbedaan jika dikelompokkan menurut gender terhadap variabel-variabel yang ditinjau dari aspek kogninif dan motivasi, seperti beberapa atribut yang menjadi penyebab (causal attributes), beberapa tujuan belajar (learning goals), konsep diri terhadap akademik (academic self-concept), beberapa strategi belajar yang signifikan (significant learning strategies) dan kinerja sekolah yang akan dicapai dalam mata pelajaran matematika dan bahasa.
Sesuai dengan tujuan penelitian, mereka memilih sampel sebanyak 521 siswa berusia antara 14-18 tahun, 285 di antaranya wanita dan sisanya pria. 252 siswa SMA yang dipilih duduk di kelas 9 dan sisanya di kelas 10 di propinsi Jaen Spanyol. Beberapa kuisener dipilih sesuai dengan keperluan penelitian itu, antara lain :
1. AFA (Musitu, Garcia, & Gutierres, 1994) : digunakan untuk mengevaluasi konsep diri siswa.
2. MAPE-II (Montero & Alonso, 1992) : untuk menentukan motivasi yang berorientasi intrinsik atau ekstrinsik, dievaluasi tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh siswa pada lingkungan psikososial di kelas (sekolah) dengan melihat skor yang diperoleh oleh siswa pada faktor ‘Motivation for learning’ dan ‘Seeking positive competency judgments’ dari kuisener ini.
3. EMA-II (Alonso, Montero & Mateos (1992) : untuk melihat atribut yang menyebabkan siswa dalam situasi sukses atau gagal yang diperoleh dari 6 skala dari kuisener ini. Kuisener ini didesain untuk mengevaluasi seberapa jauh faktor-faktor internal (usaha dan kemampuan) berkontribusi pada kegagalan atau kesuksesan siswa, dan faktor eksternal atau aspek yang berhubungan dengan guru.
4. Learning and Study Strategies Inventory (LASSI; Weinstein, 1987) : strategi siswa yang diarahkan pada belajar yang komprehensif dan signifikan, diukur melalui skor yang diperoleh lewat skala ‘Information Processing Strategies’, ‘Self-evaluation Strategies, dan ‘Support Strategies’ dari kuisener LASSI. Di samping itu juga para siswa juga ditanya tentang laporan kemajuan akademik mereka dalam mata pelajaran matematika dan bahasa.

Hasil dari penelitian mereka antara lain adalah terdapat perbedaan jika dikelompokkan menurut gender terhadap variabel-variabel yang menjadi pertimbangan pada penelitian mereka, dengan siswi mempunyai motivasi ekstrinsik lebih rendah dibandingkan dengan siswa, lebih bertanggung jawab terhadap kegagalan mereka, menggunakan Information Processing Strategies diperoleh informasi bahwa siswi hasilnya lebih baik pada mata pelajaran bahasa dibandingkan siswa, tidak terdapat perbedaan jika dikelompokkan menurut gender pada aspek konsep diri terhadap akademik, motivasi intrinsik, atribut yang berhubungan dengan kesuksesan, dan kinerja yang dicapai pada mata pelajaran matematika.


Dirujuk dari :
Rusillo, M.T.C. & Arias, P.F.C. (2004). Gender Differences in academic motivation of
secondary school students. Electronic Journal of Research on Educational Psychology, 2 (1), 97, 112. ISSN : 1696-2095(2004).

No comments: