Seperti halnya beberapa tahun yang lalu, saat ini mata pelajaran matematika masih dianggap sukar oleh para siswa mulai dari tingkat SD sampai SMA dan bahkan di Perguruan Tinggi, dan tidak hanya di kota-kota kecil bahkan untuk tingkat nasional sekalipun dan ini dapat disimak dari passing grade hasil ujian nasional untuk tingkat SD, SMP, dan SMA.
Bertolak dari kenyataan di atas, rancangan penelitian ini didesain untuk menyelidiki beberapa faktor yang berpengaruh pada persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas dalam mata pelajaran matematika dan sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika, khususnya untuk siswa SMA di kota Anu.
Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang lebih spesifik adalah :
Lingkungan Pembelajaran di Kelas (Learning Environment)
Di masa lalu, sebagian besar penelitian pendidikan matematika berfokus pada prestasi akademik siswa, dan sangat kecil kajian yang dipusatkan pada lingkungan pembelajaran di kelas sebagai faktor penentu hasil belajar bagi siswa. Namun demikian sejak 30 tahun terakhir telah terjadi kemajuan yang luar biasa dalam membangun konsep, memprediksi, dan menyelidiki lingkungan pembelajaran di kelas (Taylor, Fraser,& Fisher, 2007). Evolusi bidang lingkungan pembelajaran di kelas selama tiga dekade tampak dari pengembangan beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk menilai lingkungan pembelajaran di kelas. Evolusi instrumen itu telah memfasilitasi penelitian pada lingkungan pembelajaran di kelas di tingkat sekolah menengah, seperti yang dilakukan oleh Kim, Fisher, dan Fraser (2005). Hasil penelitian itu menyatakan bahwa penelitian pada lingkungan pembelajaran di kelas diperlukan di semua tingkatan pendidikan. Oleh karena itu, penelitian ini akan menilai persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas dalam mata pelajaran matematika sekolah menengah untuk menyelidikinya jika dikelompokkan menurut kelas, gender, dan SMA.
Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Matematika
Kesetaraan gender sudah banyak dilakukan dalam segala profesi di Indonesia, namun demikian jumlahnya masih harus ditingkatkan dalam masa-masa mendatang. Bisa jadi hal itu disebabkan karena sikap siswi terhadap mata pelajaran matematika merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belum banyaknya mereka ikut serta di dalamnya. Perhatian ini telah mengakibatkan berbagai studi yang dirancang untuk mengidentifikasi perbedaan gender yang bisa mempengaruhi banyaknya anak-anak perempuan yang terjun dalam kegiatan di bidang ilmu pengetahuan (Oaks, 2000). Terutama sekali di Amerika , anak laki-laki mempunyai sikap yang lebih positip terhadap matematika dibandingkan anak-anak perempuan ( Kahle, 2003; Kurth, 2007). Perbedaan gender ini akan tampak ketika para siswa melanjutkan dari sekolah dasar ke sekolah menengah (Kanai & Norman, 2007). Sebagai contoh, pada penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap terhadap mata pelajaran matematika jika dikelompokkan menurut gender, tetapi di sekolah menengah perbedaan itu tampak bahwa sikap siswa lebih tertarik dibandingkan siswi terhadap mata pelajaran matematika (American Association of University Women, 2002; Lockheed, Thorpe, Brooks-Gumn, Casserly, & McAloon, 2005; Oakes, 2000).
Instrumen
Fraser et al. (1996) telah mengembangkan suatu instrumen lingkungan pembelajaran yang baru, yakni kuisener ‘What is Happening in this Class’ (Apa yang sedang terjadi di Kelas ini) disingkat WIHIC. Instrumen ini merupakan skala yang dapat memprediksi hasil belajar siswa dengan apa yang terjadi pada lingkungan pembelajaran di kelas, dan juga mencerminkan pandangan baru dalam belajar secara kognitif. Skala WIHIC terdiri dari tujuh sub-skala, yakni : kekompakan siswa, dukungan Guru, keterlibatan siswa, arahan tugas, penyelidikan, kerjasama, dan kesetaraan. Format skala WIHIC menggunakan model skala Linkert 5 pilihan (hampir tidak pernah - hampir selalu / sering sekali) untuk mengukur respon siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas mereka. Attitudes Toward Mathematics Inventory disingkat ATMI direkomendasikan untuk menyelidiki sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika, terdiri dari 49 item yang dikelompokkan ke dalam 4 (empat) dimensi yang mendasari sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika yakni : keyakinan diri (self-confidence), nilai bagi siswa mata pelajaran matematika (value of mathematics), kenikmatan yang diperoleh dari mata pelajaran matematika (enjoyment of mathematics), dan motivasi.
Kata kunci : ATMI, WIHIC, Learning Environment, Attitudes Toward Mathematics Inventory.
Catatan : instrumen/skala dalam artikel ini dan e-book yang berkaitan dengan hal itu dapat dipesan lewat e-mail : hand_oz@yahoo.com
Bertolak dari kenyataan di atas, rancangan penelitian ini didesain untuk menyelidiki beberapa faktor yang berpengaruh pada persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas dalam mata pelajaran matematika dan sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika, khususnya untuk siswa SMA di kota Anu.
Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang lebih spesifik adalah :
- Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas dalam mata pelajaran matematika jika dikelompokkan menurut kelas, gender, SMA (Negeri atau Swasta) ?
- Apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika jika dikelompokkan menurut kelas, gender, SMA (Negeri atau Swasta) ?
- Apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika ?
Lingkungan Pembelajaran di Kelas (Learning Environment)
Di masa lalu, sebagian besar penelitian pendidikan matematika berfokus pada prestasi akademik siswa, dan sangat kecil kajian yang dipusatkan pada lingkungan pembelajaran di kelas sebagai faktor penentu hasil belajar bagi siswa. Namun demikian sejak 30 tahun terakhir telah terjadi kemajuan yang luar biasa dalam membangun konsep, memprediksi, dan menyelidiki lingkungan pembelajaran di kelas (Taylor, Fraser,& Fisher, 2007). Evolusi bidang lingkungan pembelajaran di kelas selama tiga dekade tampak dari pengembangan beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk menilai lingkungan pembelajaran di kelas. Evolusi instrumen itu telah memfasilitasi penelitian pada lingkungan pembelajaran di kelas di tingkat sekolah menengah, seperti yang dilakukan oleh Kim, Fisher, dan Fraser (2005). Hasil penelitian itu menyatakan bahwa penelitian pada lingkungan pembelajaran di kelas diperlukan di semua tingkatan pendidikan. Oleh karena itu, penelitian ini akan menilai persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas dalam mata pelajaran matematika sekolah menengah untuk menyelidikinya jika dikelompokkan menurut kelas, gender, dan SMA.
Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran Matematika
Kesetaraan gender sudah banyak dilakukan dalam segala profesi di Indonesia, namun demikian jumlahnya masih harus ditingkatkan dalam masa-masa mendatang. Bisa jadi hal itu disebabkan karena sikap siswi terhadap mata pelajaran matematika merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belum banyaknya mereka ikut serta di dalamnya. Perhatian ini telah mengakibatkan berbagai studi yang dirancang untuk mengidentifikasi perbedaan gender yang bisa mempengaruhi banyaknya anak-anak perempuan yang terjun dalam kegiatan di bidang ilmu pengetahuan (Oaks, 2000). Terutama sekali di Amerika , anak laki-laki mempunyai sikap yang lebih positip terhadap matematika dibandingkan anak-anak perempuan ( Kahle, 2003; Kurth, 2007). Perbedaan gender ini akan tampak ketika para siswa melanjutkan dari sekolah dasar ke sekolah menengah (Kanai & Norman, 2007). Sebagai contoh, pada penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap terhadap mata pelajaran matematika jika dikelompokkan menurut gender, tetapi di sekolah menengah perbedaan itu tampak bahwa sikap siswa lebih tertarik dibandingkan siswi terhadap mata pelajaran matematika (American Association of University Women, 2002; Lockheed, Thorpe, Brooks-Gumn, Casserly, & McAloon, 2005; Oakes, 2000).
Instrumen
Fraser et al. (1996) telah mengembangkan suatu instrumen lingkungan pembelajaran yang baru, yakni kuisener ‘What is Happening in this Class’ (Apa yang sedang terjadi di Kelas ini) disingkat WIHIC. Instrumen ini merupakan skala yang dapat memprediksi hasil belajar siswa dengan apa yang terjadi pada lingkungan pembelajaran di kelas, dan juga mencerminkan pandangan baru dalam belajar secara kognitif. Skala WIHIC terdiri dari tujuh sub-skala, yakni : kekompakan siswa, dukungan Guru, keterlibatan siswa, arahan tugas, penyelidikan, kerjasama, dan kesetaraan. Format skala WIHIC menggunakan model skala Linkert 5 pilihan (hampir tidak pernah - hampir selalu / sering sekali) untuk mengukur respon siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas mereka. Attitudes Toward Mathematics Inventory disingkat ATMI direkomendasikan untuk menyelidiki sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika, terdiri dari 49 item yang dikelompokkan ke dalam 4 (empat) dimensi yang mendasari sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika yakni : keyakinan diri (self-confidence), nilai bagi siswa mata pelajaran matematika (value of mathematics), kenikmatan yang diperoleh dari mata pelajaran matematika (enjoyment of mathematics), dan motivasi.
Kata kunci : ATMI, WIHIC, Learning Environment, Attitudes Toward Mathematics Inventory.
Catatan : instrumen/skala dalam artikel ini dan e-book yang berkaitan dengan hal itu dapat dipesan lewat e-mail : hand_oz@yahoo.com