Kategori artikel : motivasi
Kemampuan siswa untuk menggunakan strategi meregulasi diri dalam belajar bisa bertindak sebagai alat belajar untuk mengurangi efek yang merugikan bagi siswa yang kurang mempunyai motivasi dalam kinerja akademik mereka. Di samping itu efek yang penting berkaitan dengan penggunaan regulasi diri pada kinerja akademik, secara relatif tidak banyak diketahui hubungan antara meregulasi diri dalam belajar dengan prestasi dan motivasi akademik.
Penelitian saat ini menunjukkan bahwa pekerjaan rumah biasanya berpengaruh positip pada hasil belajar siswa (Bembenutty, 2005; Cooper 1989; Cooper & Valentine, 2001; Trautwein, Ludtke, Kastens, & Koller, 2006; Xu & Corno, 2006). Cooper (1989, 2001) mendefinisikan pekerjaan rumah (homework) sebagai metode awal guru untuk mengarahkan siswa belajar lebih efektif di luar sekolah. Pekerjaan rumah ditugaskan kepada siswa pertama kali pada sekolah dasar dan meningkat terus pada tahun-tahun berikutnya. Dalam Vandenbos (2007 : 445), pekerjaan rumah merupakan tugas yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dasar siswa yang kemudian bisa digunakan lebih efektif di kelas. Tidak hanya memberikan pekerjaan rumah, akan tetapi para guru juga memberi pesan agar para siswa berinisiatip sendiri dan mengarahkan sendiri dalam belajar (Zimmerman, 2000).
Zimmerman (1998) merekomendasikan penyelidikan yang dilakukannya mengenai peran beberapa proses meregulasi diri agar siswa belajar dengan sukses. Zimmerman (1998 : 73) mendefinisikan regulasi diri dalam belajar (self-regulation of learning disingkat SRL) sebagai menggeneralisasi diri dalam berpikir atau berpikir secara general, perasaan, dan tindakan untuk mencapai tujuan akademik.
Pendekatan yang konsisten dari Winne and Hadwin (1997) mengusulkan empat langkah meregulasi diri dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, yakni : a) mendefinisikan tugas (mempersepsikan tugas), b) menentukan sasaran perencanaan, c) menetapkan strategi dan taktik belajar (implementasi, monitoring, dan mengevaluasi strategi), dan d) mengadaptasikan metacognitive dalam belajar (memeriksa hasil, dan membuat keputusan, serta melakukan penyesuaian). Disamping usaha untuk menyelidiki proses penyelesaian pekerjaan rumah, secara teoritis juga sudah harus memberi sedikit perhatian pada pengembangan siswa dalam menggunakan proses regulasi diri.
Meregulasi usaha (effort regulation) salah satu komponen dari meregulasi diri mempunyai hubungan dengan prestasi (Pintrich et al., 1993), dan mengacu pada niat siswa untuk mendapatkan sumber, energi, dan waktu untuk dapat menyelesaikan tugas akademik yang penting.
Dalam bidang akademik, meregulasi diri dalam tugas-tugas akademik sangat mendesak dibutuhkan, karena sangat menentukan kinerja dan prestasi akademik. Meregulasi diri dalam belajar dan kapasitas kognitif yang kurang, serta kebiasaan belajar yang kurang baik akan bertolak belakang dengan perolehan kinerja akademik yang baik telah didokumentasikan oleh beberapa peneliti (Pintrich 8, : Schunk, 2002; Zimmerman, 2000), demikian juga peran jenis kelamin, etnis juga penting pada kinerja akademik siswa (Xu, 2006; Xu & Corno, 2003), juga keterlibatan orangtua juga ditunjukkan mempunyai hubungan positip dengan kinerja akademik siswa (Hoover-Dempsey et al., 2001; Xu& Corno, 2006).
Keterlibatan orangtua yang mengacu pada prakarsa dan tindakan yang diambil oleh orangtua untuk menjamin anak-anak mereka sukses dalam bidang akademik (Hoover-Dempsey et al., 2001; Hoover-Dempsey et al., 2005; Walker, Wilkins, Dallaire, Sandier, & Hoover-Dempsey, 2005; Xu, (2006); Xu & Corno, 2006).
Dengan cara yang sama, para siswa menyisihkan waktu untuk pekerjaan rumah mereka tiap minggu menjadi indikator tercapainya prestasi akademik siswa sekolah menengah (Cooper, 1989, 2001; Cooper, Lindsay, Nye, & Greathouse, 1998; Walker, Wilkins, Dallaire, Sandler, & Hoover-Dempsey, 2005; Xu, 2006).
Suatu faktor yang penting dari motivasi yang mempunyai hubungan dengan prestasi akademik adalah self-efficacy (mengacu pada kepercayaan individu memiliki kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas yang diharapkan ( Bandura, 1997; Zimmerman, 2000), dan mempunyai hubungan dengan kesuksesan kinerja akademik (Zimmerman, 2000).
Penggunaan strategi meregulasi diri dalam belajar (self-regulated of learning strategies disingkat SRLS) mungkin sangat penting manakala emosi muncul dan alternatif yang tersedia berfokus pada tugas. Memanage sumber daya yang meliputi usaha dalam proses belajar merupakan strategi meregulasi diri untuk meningkatkan prestasi akademik siswa (Pintrich et al., 1993), dan ini sesuai dengan strategi meregulasi diri dalam belajar yang diperkenalkan oleh Zimmerman (2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Bembenutty (2006) menguji hubungan yang bersifat prediksi antara jenis kelamin, etnis, keterlibatan orangtua dalam pekerjaan rumah anak-anak mereka, proses meregulasi diri dalam belajar (self-regulated learning) disingkat SRL, dan keyakinan akan motivasi antar siswa-siswa kelas sepuluh sekolah menengah. Dalam penelitian ini, Self-regulation of Learning and Motivational Belief dinilai menggunakan skala Motivational Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ), keterlibatan orangtua terhadap anak-anaknya dinilai menggunakan beberapa item dari Parental Active and Reactive Involvement (PARI), sedangkan prestasi akademik dinilai dari Math Academic Achievement.
Kemampuan siswa untuk menggunakan strategi meregulasi diri dalam belajar bisa bertindak sebagai alat belajar untuk mengurangi efek yang merugikan bagi siswa yang kurang mempunyai motivasi dalam kinerja akademik mereka. Di samping itu efek yang penting berkaitan dengan penggunaan regulasi diri pada kinerja akademik, secara relatif tidak banyak diketahui hubungan antara meregulasi diri dalam belajar dengan prestasi dan motivasi akademik.
Penelitian saat ini menunjukkan bahwa pekerjaan rumah biasanya berpengaruh positip pada hasil belajar siswa (Bembenutty, 2005; Cooper 1989; Cooper & Valentine, 2001; Trautwein, Ludtke, Kastens, & Koller, 2006; Xu & Corno, 2006). Cooper (1989, 2001) mendefinisikan pekerjaan rumah (homework) sebagai metode awal guru untuk mengarahkan siswa belajar lebih efektif di luar sekolah. Pekerjaan rumah ditugaskan kepada siswa pertama kali pada sekolah dasar dan meningkat terus pada tahun-tahun berikutnya. Dalam Vandenbos (2007 : 445), pekerjaan rumah merupakan tugas yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dasar siswa yang kemudian bisa digunakan lebih efektif di kelas. Tidak hanya memberikan pekerjaan rumah, akan tetapi para guru juga memberi pesan agar para siswa berinisiatip sendiri dan mengarahkan sendiri dalam belajar (Zimmerman, 2000).
Zimmerman (1998) merekomendasikan penyelidikan yang dilakukannya mengenai peran beberapa proses meregulasi diri agar siswa belajar dengan sukses. Zimmerman (1998 : 73) mendefinisikan regulasi diri dalam belajar (self-regulation of learning disingkat SRL) sebagai menggeneralisasi diri dalam berpikir atau berpikir secara general, perasaan, dan tindakan untuk mencapai tujuan akademik.
Pendekatan yang konsisten dari Winne and Hadwin (1997) mengusulkan empat langkah meregulasi diri dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, yakni : a) mendefinisikan tugas (mempersepsikan tugas), b) menentukan sasaran perencanaan, c) menetapkan strategi dan taktik belajar (implementasi, monitoring, dan mengevaluasi strategi), dan d) mengadaptasikan metacognitive dalam belajar (memeriksa hasil, dan membuat keputusan, serta melakukan penyesuaian). Disamping usaha untuk menyelidiki proses penyelesaian pekerjaan rumah, secara teoritis juga sudah harus memberi sedikit perhatian pada pengembangan siswa dalam menggunakan proses regulasi diri.
Meregulasi usaha (effort regulation) salah satu komponen dari meregulasi diri mempunyai hubungan dengan prestasi (Pintrich et al., 1993), dan mengacu pada niat siswa untuk mendapatkan sumber, energi, dan waktu untuk dapat menyelesaikan tugas akademik yang penting.
Dalam bidang akademik, meregulasi diri dalam tugas-tugas akademik sangat mendesak dibutuhkan, karena sangat menentukan kinerja dan prestasi akademik. Meregulasi diri dalam belajar dan kapasitas kognitif yang kurang, serta kebiasaan belajar yang kurang baik akan bertolak belakang dengan perolehan kinerja akademik yang baik telah didokumentasikan oleh beberapa peneliti (Pintrich 8, : Schunk, 2002; Zimmerman, 2000), demikian juga peran jenis kelamin, etnis juga penting pada kinerja akademik siswa (Xu, 2006; Xu & Corno, 2003), juga keterlibatan orangtua juga ditunjukkan mempunyai hubungan positip dengan kinerja akademik siswa (Hoover-Dempsey et al., 2001; Xu& Corno, 2006).
Keterlibatan orangtua yang mengacu pada prakarsa dan tindakan yang diambil oleh orangtua untuk menjamin anak-anak mereka sukses dalam bidang akademik (Hoover-Dempsey et al., 2001; Hoover-Dempsey et al., 2005; Walker, Wilkins, Dallaire, Sandier, & Hoover-Dempsey, 2005; Xu, (2006); Xu & Corno, 2006).
Dengan cara yang sama, para siswa menyisihkan waktu untuk pekerjaan rumah mereka tiap minggu menjadi indikator tercapainya prestasi akademik siswa sekolah menengah (Cooper, 1989, 2001; Cooper, Lindsay, Nye, & Greathouse, 1998; Walker, Wilkins, Dallaire, Sandler, & Hoover-Dempsey, 2005; Xu, 2006).
Suatu faktor yang penting dari motivasi yang mempunyai hubungan dengan prestasi akademik adalah self-efficacy (mengacu pada kepercayaan individu memiliki kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas yang diharapkan ( Bandura, 1997; Zimmerman, 2000), dan mempunyai hubungan dengan kesuksesan kinerja akademik (Zimmerman, 2000).
Penggunaan strategi meregulasi diri dalam belajar (self-regulated of learning strategies disingkat SRLS) mungkin sangat penting manakala emosi muncul dan alternatif yang tersedia berfokus pada tugas. Memanage sumber daya yang meliputi usaha dalam proses belajar merupakan strategi meregulasi diri untuk meningkatkan prestasi akademik siswa (Pintrich et al., 1993), dan ini sesuai dengan strategi meregulasi diri dalam belajar yang diperkenalkan oleh Zimmerman (2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Bembenutty (2006) menguji hubungan yang bersifat prediksi antara jenis kelamin, etnis, keterlibatan orangtua dalam pekerjaan rumah anak-anak mereka, proses meregulasi diri dalam belajar (self-regulated learning) disingkat SRL, dan keyakinan akan motivasi antar siswa-siswa kelas sepuluh sekolah menengah. Dalam penelitian ini, Self-regulation of Learning and Motivational Belief dinilai menggunakan skala Motivational Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ), keterlibatan orangtua terhadap anak-anaknya dinilai menggunakan beberapa item dari Parental Active and Reactive Involvement (PARI), sedangkan prestasi akademik dinilai dari Math Academic Achievement.
Kata kunci : MSLQ, SRLS, PARI, SRL
Catatan : instrumen/skala dalam artikel ini dan e-book yang berkaitan dengan hal itu dapat dipesan lewat email : hand_oz@yahoo.com
No comments:
Post a Comment