Penelitian ini menguji pengaruh lingkungan pembelajaran di kelas pada mata pelajaran anu (matematika, kimia, fisika, IPS) pada self-efficacy dan nilai intrinsik motivasi (intrinsic value of motivation) siswa. Beberapa kajian telah dilakukan berkaitan dengan hubungan langsung antara lingkungan pembelajaran di kelas dengan motivasi siswa telah banyak dilaporkan. Knight dan Waxman (1990) menyelidiki hubungan antara lingkungan pembelajaran di kelas dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan motivasi siswa. Beberapa variabel lingkungan pembelajaran di kelas telah ditemukan mempunyai korelasi dengan tiga konstruk motivasi (motivational construct), yakni motivasi akademik, akademik self-concept, dan sosial self-concept dari 157 siswa kelas enam yang sebagian besar Hispanic.
Dorman (2001) mungkin yang pertama meneliti hubungan antara lingkungan pembelajaran di kelas dalam mata pelajaran matematika dengan kemanjuran akademik (academic efficacy) dengan sampel sebanyak 1055 siswa sekolah menengah di Australia. Ia menemukan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara tiga skala CLES yang digunakan pada penelitian ini, yakni personal relevance, shared control and student negotiation dengan kemanjuran akademik. Analisis menggunakan regresi berganda menunjukkan skala-skala tersebut tidak mempunyai pengaruh yang penting pada kemanjuran akademik.
Dethlefs (2002) menyelidiki hubungan antara lingkungan constructivist (constructivist environment) dengan self-efficacy dan motivasi intrinsic (intrinsic value) pada mata pelajaran Aljabar (Aljabar I dan Aljabar Lanjut) dan Biologi. Persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas diukur menggunakan skala CLES ditemukan mempunyai hubungan positif dengan self-efficacy dan motivasi intrinsik. Keseluruhan skala CLES memprediksi motivasi intrinsik siswa pada kedua mata pelajaran tersebut, setelah variable demografik siswa dan kelas dikontrol, dan self-efficacy dalam mata pelajaran Aljabar I.
Motivational beliefs mengacu pada pendapat, nilai-nilai, dan keputusan yang diambil oleh para siswa berkaitan dengan beberapa obyek, kejadian atau cakupan dari suatu materi pelajaran (Pintrich, 2001; Skinner, 1995; Stipek, 1988). Para peneliti menguraikan bahwa kepercayaan (beliefs) para siswa telah digunakan dalam tugas-tugas yang punya arti bagi mereka dalam beberapa situasi belajar. Beberapa motivational beliefs yang spesifik adalah nilai yang diberikan oleh siswa di mana mereka ikut serta di dalamnya.
Sebagai contoh, Ali sering berkata : Saya tidak melihat apa yang mungkin dapat kupelajari dari membaca puisi, sedangkan Sandra menyatakan : Membaca puisi adalah kegiatan paling baik yang kita lakukan di sekolah. Motivational beliefs juga mengacu pada pendapat siswa tentang efektivitas atau efisiensi metode belajar dan mengajar yang digunakan. Sebagai contoh, Ali bertanya : Mengapa kita selalu harus bekerja dalam suatu kelompok ? Padahal Saya dapat belajar lebih baik manakala aku bekerja sendiri. Beliefs yang berkaitan dengan pengawasan intern dapat dibedakan sebagai kepercayaan tentang kemanjuran diri (self-efficacy beliefs) dan beberapa harapan tentang hasil yang akan dicapai.
Self-Efficacy beliefs adalah pendapat para siswa yang mempertahankan diri kemampuan mereka dalam suatu topik tertentu. Sebagai contoh Ali berkata : Aku percaya bahwa aku ahli dalam pemecahan masalah matematika jenis ini, sedangkan Sandra berkata : Walaupun Aku bukan bintang dalam mata pelajaran matematika, tetapi Aku tahu bagaimana cara meneliti teks suatu bacaan.
Di antara instrumen lingkungan pembelajaran di kelas yang tersedia, instrument WIHIC (Fraser et al., 1996) dipilih untuk menilai persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas secara aktual dan sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Instrumen WIHIC terdiri dari tujuh skala yakni : Student Cohesiveness, Teacher Support, Involvement, Investigation, Task Orientation, Cooperation, and Equity, menggunakan 5 skala Linkert (hampir tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, dan hampir selalu/sering sekali). The Motivated Learning Strategies and Learning Questionnaire (MSLQ; Pintrich dan De Groot, 1990) digunakan untuk menilai motivation beliefs, yang terdiri dari tiga subskala yakni : Self-Efficacy, Intrinsic value, dan Test Anxiety. Ada dua subskala Self-Regulated Learning Strategies, yakni : Cognitive Strategy Use dan Self-Regulation. Karena Self-Efficacy dan Intrinsic Value merupakan komponen motivasi yang penting, maka hanya dua skala MSLQ ini yang digunakan, yang terdiri dari 18 item menggunakan 7 skala Linkert (1 = tidak yang benar – 7 = sangat benar/benar sekali).
Kata kunci : motivational beliefs, WIHIC, MSLQ
Catatan : instrumen/skala dalam artikel ini dan e-book yang berkaitan dengan hal itu dapat dipesan lewat e-mail : hand_oz@yahoo.com
Dorman (2001) mungkin yang pertama meneliti hubungan antara lingkungan pembelajaran di kelas dalam mata pelajaran matematika dengan kemanjuran akademik (academic efficacy) dengan sampel sebanyak 1055 siswa sekolah menengah di Australia. Ia menemukan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara tiga skala CLES yang digunakan pada penelitian ini, yakni personal relevance, shared control and student negotiation dengan kemanjuran akademik. Analisis menggunakan regresi berganda menunjukkan skala-skala tersebut tidak mempunyai pengaruh yang penting pada kemanjuran akademik.
Dethlefs (2002) menyelidiki hubungan antara lingkungan constructivist (constructivist environment) dengan self-efficacy dan motivasi intrinsic (intrinsic value) pada mata pelajaran Aljabar (Aljabar I dan Aljabar Lanjut) dan Biologi. Persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas diukur menggunakan skala CLES ditemukan mempunyai hubungan positif dengan self-efficacy dan motivasi intrinsik. Keseluruhan skala CLES memprediksi motivasi intrinsik siswa pada kedua mata pelajaran tersebut, setelah variable demografik siswa dan kelas dikontrol, dan self-efficacy dalam mata pelajaran Aljabar I.
Motivational beliefs mengacu pada pendapat, nilai-nilai, dan keputusan yang diambil oleh para siswa berkaitan dengan beberapa obyek, kejadian atau cakupan dari suatu materi pelajaran (Pintrich, 2001; Skinner, 1995; Stipek, 1988). Para peneliti menguraikan bahwa kepercayaan (beliefs) para siswa telah digunakan dalam tugas-tugas yang punya arti bagi mereka dalam beberapa situasi belajar. Beberapa motivational beliefs yang spesifik adalah nilai yang diberikan oleh siswa di mana mereka ikut serta di dalamnya.
Sebagai contoh, Ali sering berkata : Saya tidak melihat apa yang mungkin dapat kupelajari dari membaca puisi, sedangkan Sandra menyatakan : Membaca puisi adalah kegiatan paling baik yang kita lakukan di sekolah. Motivational beliefs juga mengacu pada pendapat siswa tentang efektivitas atau efisiensi metode belajar dan mengajar yang digunakan. Sebagai contoh, Ali bertanya : Mengapa kita selalu harus bekerja dalam suatu kelompok ? Padahal Saya dapat belajar lebih baik manakala aku bekerja sendiri. Beliefs yang berkaitan dengan pengawasan intern dapat dibedakan sebagai kepercayaan tentang kemanjuran diri (self-efficacy beliefs) dan beberapa harapan tentang hasil yang akan dicapai.
Self-Efficacy beliefs adalah pendapat para siswa yang mempertahankan diri kemampuan mereka dalam suatu topik tertentu. Sebagai contoh Ali berkata : Aku percaya bahwa aku ahli dalam pemecahan masalah matematika jenis ini, sedangkan Sandra berkata : Walaupun Aku bukan bintang dalam mata pelajaran matematika, tetapi Aku tahu bagaimana cara meneliti teks suatu bacaan.
Di antara instrumen lingkungan pembelajaran di kelas yang tersedia, instrument WIHIC (Fraser et al., 1996) dipilih untuk menilai persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas secara aktual dan sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Instrumen WIHIC terdiri dari tujuh skala yakni : Student Cohesiveness, Teacher Support, Involvement, Investigation, Task Orientation, Cooperation, and Equity, menggunakan 5 skala Linkert (hampir tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, dan hampir selalu/sering sekali). The Motivated Learning Strategies and Learning Questionnaire (MSLQ; Pintrich dan De Groot, 1990) digunakan untuk menilai motivation beliefs, yang terdiri dari tiga subskala yakni : Self-Efficacy, Intrinsic value, dan Test Anxiety. Ada dua subskala Self-Regulated Learning Strategies, yakni : Cognitive Strategy Use dan Self-Regulation. Karena Self-Efficacy dan Intrinsic Value merupakan komponen motivasi yang penting, maka hanya dua skala MSLQ ini yang digunakan, yang terdiri dari 18 item menggunakan 7 skala Linkert (1 = tidak yang benar – 7 = sangat benar/benar sekali).
Kata kunci : motivational beliefs, WIHIC, MSLQ
Catatan : instrumen/skala dalam artikel ini dan e-book yang berkaitan dengan hal itu dapat dipesan lewat e-mail : hand_oz@yahoo.com
No comments:
Post a Comment