Wednesday, June 25, 2008

Learning Environment, SPAQ, dan Student Outcomes

Mengidentifikasi Beberapa Faktor Lingkungan Pembelajaran di Kelas dan Penilaian Mahasiswa Terhadap
Kegiatan Pembelajaran Yang Berpengaruh
Pada Hasil Belajar Mahasiswa
(Studi Kasus Pada STMIK Indonesia Jakarta)
Ringkasan Proposal Penelitian Dosen
Pendahuluan
Teori Walberg's tentang produktivitas bidang pendidikan (Walberg, 1981, 1984) berpegang pada sembilan faktor yang sangat berperan dalam menemukan perbedaaan hasil belajar siswa secara kognitif maupun afektif, yakni : kemampuan siswa, motivasi dan usia, mutu pengajaran, suasana (iklim) rumah secara psikologis, lingkungan psikososial pembelajaran di kelas (learning environment), teman sebaya di luar kelas, dan mass media (terutama televisi). Pengujian model menggunakan data yang dikumpulkan sebagai bagian dari suatu studi menunjukkan bahwa sikap dan prestasi siswa dipengaruhi secara bersama-sama oleh sejumlah faktor dan bukan hanya oleh satu faktor yang dominan saja (Walberg 1986; Walberg et al., 1986).
Faktor lingkungan pembelajaran di sekolah dan khususnya di kelas dilaporkan mempunyai satu pengaruh penting pada hasil belajar siswa (student outcomes), bahkan ketika sejumlah faktor yang lain dikendalikan. Penemuan ini adalah konsisten dengan model teori Getzels dan Thelen ( 1972), yang menguraikan bahwa lingkungan pembelajaran di kelas sebagai suatu sistem sosial dan menyatakan bahwa perilaku kelompok dapat diprediksi atau dipengaruhi oleh kebutuhan pribadi siswa, harapan siswa, dan lingkungan pembelajaran di kelas di mana siswa berada.
Penelitian tentang iklim (lingkungan psikososial) pembelajaran di kelas sudah dikerjakan oleh para peneliti sejak tiga dekade yang lalu (Fraser, 1998a; Goh & Khine, 2002; Tobin & Fraser, 1998) dengan berbagai metoda evaluasi, dan penelitian di bidang ini didominasi oleh penelitian yang berkaitan dengan penilaian prestasi akademis siswa ( Fraser, 1998b). Sedangkan pengukuran efektivitas kelas secara kuantitatif seringkali mengalami banyak kendala, antara lain adalah “keterbatasan pengujian, sangat baku, dangkal, dan dengan mudah hasilnya terlupakan", dan di banyak sekolah yang lainpun kurang mendapat perhatian ( Kyle, 1997, p. 851), hal itu merupakan suatu gambaran yang menyeluruh bahwa penelitian pada proses pendidikan sangat kurang. Pada awal tahun 1960, Bloom mengungkapkan bahwa pengukuran di lingkungan psikososial pembelajaran di kelas merupakan komponen yang menentukan arah dalam meramalkan dan selalu mencari cara terbaik untuk kesuksesan pembelajar (Anderson & Walberg, 1974). Sejak saat itu banyak penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap lingkungan (psikososial) pembelajaran di kelas dapat diukur dengan instrumen melalui survei, dan hasil penelitian mereka dijamin validitasnya (Anderson & Walberg, 1974; Fraser, 1997, 1998a, 1998b, 2002b; Moos, 1979), sehingga mengevaluasi prestasi siswa secara individual akan membawa ke arah efektivitas dalam mengorganisasi lingkungan pembelajaran di kelas (Walberg, 1974).Beberapa studi yang berkaitan dengan iklim (lingkungan psikososial) pembelajaran di kelas dan hasil belajar, iklim pembelajaran di kelas mempunyai beberapa dimensi yang secara konsisten telah dapat diidentifikasi sebagai faktor penentu dalam keberhasilan belajar (Fraser, 1986; Khine, 2002). Iklim pembelajaran di kelas, adalah apa yang dirasakan dan dialami siswa dan apakah mereka menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas cenderung ke arah peningkatan prestasi siswa ? (Chang & Fisher, 2001a). Disamping itu untuk meningkatkan belajar siswa secara efektif, Reynolds, Doran, Allers, dan Agruso (1995) berargumentasi bahwa belajar yang efektif akan tercapai, jika ada keselarasan antara proses pengajaran yang dilakukan oleh guru, hasil belajar siswa dan penilaian terhadap proses pengajaran yang dilakukan oleh siswa.
Hasil Belajar Siswa (Student Outcomes)
Hasil belajar siswa secara afektif cenderung diperlakukan sebagai bagian integral dari studi tentang lingkungan pembelajaran bidang pendidikan. Menurut Klopfer'S (dikutip dari Fraser, 1977) ada enam kategori dari hasil belajar siswa secara afektif, yaitu yang ditetapkan dalam Test of Science Related Attitudes disingkat TOSRA (Fraser, 1981), sebagai sebagai : 1) sikap siswa terhadap materi suatu mata pelajaran, 2) sikap siswa ke arah inquiry, 3) mengadopsi sikap yang serupa pada materi yang sedang diajarkan, 4) rasa nikmat berkaitan dengan pengalaman belajar, 5) perhatian siswa pada materi mata pelajaran yang sedang diajarkan, yang merupakan bagian dari pengalaman belajar mereka, dan 6) perhatian siswa pada materi program studi yang akan menunjang suatu karir berdasarkan beberapa kategori afektif. Sebagai bahan pertimbangan, kepuasan siswa di kelas juga sebagai hasil pendidikan (educational outcomes) sebagaimana kepuasan kerja sebagai bagian dari produktivitas kerja (Zandvliet, 1999), dan Student Academic Efficacy (Kemanjuran Akademik Siswa), dengan item "Saya cukup menguasai materi pelajaran ini”, atau "Saya seorang siswa cerdas" (Fisher, Aldridge, Fraser, & Wood, 2001).Bagaimanapun juga hasil belajar siswa secara afektif, pengaruh, dan hubungannya dengan lingkungan pembelajaran di kelas sebagai variabel menjadi perhatian beberapa peneliti (Fraser, 1977). Hubungan antara skala pembelajaran dikelas dengan hasil belajar siswa secara afektif dan kognitif juga telah dilaporkan dalam beberapa kasus. Tanggapan siswa terhadap skala QTI, nilai prestasi mahasiswa STMIK, dan tanggapan terhadap skala afektif, yakni sikap mereka terhadap computer dan internet juga telah diselidiki di Indonesia (Soerjaningsih, Fraser, & Aldridge, 2001).dalam studi ini dikembangkan skala baru Test of Computer-Related Attitudes (TOCRA) hasil dari modifikasi tiga skala Test of Science-Related Attitudes (TOSRA) dan satu skala baru mengenai sikap siswa terhadap internet. Skala WIHIC versi Indonesia dan satu skala untuk menilai sikap terhadap dosen (guru atau pengajar) yang dimodifikasi dari TOSRA, dan prestasi secara kognitif yang meliputi studi tentang hubungan antara lingkungan pembelajaran di kelas dengan hasi belajar siswa dilakukan oleh Margianti, Fraser, dan Aldridge (2001) menggunakan tanggapan dari 2498 siswa sebagai sampel.
Students’ Perception of Assessment Questionnaire (SPAQ)
Laporan dari The Status and Quality of Teaching and Learning in Australia (Goodrum, Hackling, & Rennie, 2001) menyatakan bahwa penilaian adalah suatu komponen kunci pada proses belajar mengajar, para guru cenderung untuk menggunakan strategi penilaian dalam cakupan terbatas sebagai dasar umpan balik yang akan diberikan kepada orang tua dan para siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap para guru, Barksdale-Ladd dan Thomas (2000) mengidentifikasi lima cara terbaik dalam melakukan penilaian, yakni : 1) Menyediakan umpan balik untuk membantu para siswa dalam meningkatkan belajar mereka, 2) Secara konsep penilaian sebagai bagian dari suatu pekerjaan atau kegiatan siswa, 3)Memberikan keluwesan sedemikian sehingga penilaian tidak hanya didominasi terhadap kurikulum, 4) Memastikan bahwa penilaian akan memberikan informasi yang membantu para guru meningkatkan pengajaran mereka dan belajar siswa, dan 5) Menggunakan lebih dari satu alat ukur untuk menilai belajar siswa. Suatu proses penilaian yang efektif perlu melibatkan suatu sistem komunikasi dua arah antara para guru dan para siswa mereka.
Tujuan Penelitian :
  1. Menguji validitas dan reliabilitas skala College & University Classroom Environment Inventory (CUCEI), skala SPAQ, skala sikap mahasiswa terhadap mata kuliah yang berbasis informasi (diadopsi dari TOSRA), sikap mahasiswa terhadap teknologi informasi, dan skala Academic Efficacy pada Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer (STMIK) Indonesia Jakarta.
  2. Menyelidiki faktor-faktor apa saja dari lingkungan pembelajaran di kelas dan penilaian siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mempengaruhi sikap mahasiswa terhadap mata kuliah yang berbasis teknologi informasi, dan sikap mahsiswa terhadap academic efficacy, dengan terlebih dulu menganalisis hubungan antara lingkungan pembelajaran di kelas, penilaian mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran, sikap mahasiswa terhadap mata kuliah yang berbasis teknologi informasi, sikap mahasiswa terhadap Academic Efficacy, dan sikap mahasiswa terhadap teknologi informasi.
  3. Menyelidiki bagaimana persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas dan sikap mereka terhadap komputer jika ditinjau dari karakteristik mahasiswa (gender, semester, program studi).
Instrumen
Skala CUCEI digunakan untuk menilai persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran di kelas, SPAQ dikembangkan di Essex, England (Dorman & Knightley, 2005) dan di Australia (Fisher, Waldrip, & Dorman, 2005), terdiri dari 30 item dan dikelompokkan ke dalam 5 subskala untuk menilai kegiatan pembelajaran berdasarkan persepsi siswa, yakni : Congruence with planned learning (Kesesuaian dengan Rencana Pembelajaran), Authencity (Kesesuaian dengan Kehidupan Nyata), Student Consultation (Konsultasi Siswa), Transparency (Keterbukaan), Diversity (Keberagaman), skala TOSRA untuk menilai sikap mahasiswa terhadap mata kuliah berbasis teknologi informasi, skala Academic Efficacy untuk menilai kemajuran akademik siswa, dan skala Survey Students’ Attitudes Toward Information Technology.
Prosedur Penelitian :
  1. Kuisener diedarkan kepada mahasiswa secara acak, antara lain : skala CUCEI, SPAQ, TOSRA, Instruments for Assessing Attitude Toward Information Technology (IAATIT), dan Academic Efficacy.
  2. Data dianalisis dengan menguji reliabilitas dan validitas lima skala tersebut di atas.
  3. Ada atau tidaknya pengaruh beberapa faktor dari lingkungan pembelajaran di kelas dan penilaian siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mempengaruhi sikap mahasiswa terhadap mata kuliah yang berbasis teknologi informasi, academic efficacy diuji menggunakan korelasi dan regresi berganda.
  4. Ada atau tidaknya perbedaan persepsi siswa terhadap lingkungan pembelajaran mereka, penilaian mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran, sikap mereka mata kuliah berbasis teknologi informasi, dan academic efficacy jika dikelompokkan menurut gender dan program studi diuji menggunakan uji t, dan jika dikelompokkan menurut semester (tingkat) diuji menggunakan one way Anova.
Kata kunci : learning environment, CUCEI, SPAQ, TOSRA, IAATIT, Academic Efficacy
Catatan : instrumen/skala dalam artikel ini serta beberapa e-book yang berkaitan dengan hal itu dapat dipesan lewat email : hand_oz@yahoo.com

No comments: